Belum ada seminggu mendarat dari Banda Aceh, udah harus berangkat lagi ke Manado, eleuh-eleuh... Tapi ya gimana lagi, demi tugas (tepatnya demikian...), harus berangkat deh.
Hari Minggu, perjalanan dimulai dari bandara Cengkareng terminal 1 (again!). Kali ini terbangnya naik Batavia, dan katanya direct Jakarta-Manado, nggak pake' mampir-mampir. Pas nimbang bagasi, alamak, kelebihannya 113 kg! (again!) Tapi ternyata ongkos kelebihan bagasi di Batavia gak semahal waktu Lion ke Banda Aceh (padahal jarak kan kira-kira sama...), jadi kami cuman bayar sekitar 1,8 juta (dan masih tetap lebih mahal daripada tiket sekali jalan Jakarta-Manado, even pake' Garuda sekalipun...).
Untungnya, penerbangannya tepat waktu. Ternyata kita naik pesawat Airbus A319 (yang tidak segede Airbus 330, cuman lebih gede sedikit daripada Boeing 737 seri 400). Pesawatnya lumayan enak, jarak antar kursi cukup lebar, cukup buat leyeh-leyeh ... dan yang penting, masih dapet kue kotak (biarpun cuman roti dan lemper, tapi kan nggak cuman aqua gelas doank!). Dan ternyata, memang kita terbang direct dari Jakarta ke Manado, tanpa transit. Pilotnya cukup informatif dengan memberi informasi rute penerbangan, ditambah sedikit keterangan " di atas Kalimantan cuaca berawan dan sangat mungkin terjadi goncangan-goncangan kecil..." (walaupun goncangannya cukup sering, tapi ternyata nggak terlalu parah kok...)
Mendarat di Manado, ternyata bandara Sam Ratulangi sudah jadi bandara yang canggih dan modern (ditandai dengan banyaknya garbarata di mana-mana). Dari bandara Sam Ratulangi menuju hotel Sahid Kawanua kita menggunakan taksi. Di sana ternyata taksi nggak terlalu ramai, dan walaupun dilengkapi dengan argo, tapi harus pake' "argo mulut" alias tawar-menawar (macam bajaj saja!). Dan ternyata hotelnya terletak persis di depan kantor Pertamina Cabang Manado, jadi kalau mau ke Pertamina, tinggal kepleset sajah...
Berhubung perjalanan dari bandara menuju ke hotel kita melintasi daerah yang agak berbukit-bukit, dalam bayangan kita Manado hawanya agak dingin. Ternyata, salah besar... Hotelnya itu cuman sepelemparan batu dari pantai, dan hawanya luar biasa panas... panasnya makin terasa karena matahari bersinar terik, dan jarang ada angin, hhh.... Makanya selama 3 hari di sana, jalan-jalannya baru setelah matahari terbenam, selain menunggu setelah buka puasa dan shalat Maghrib, juga sambil nunggu hawanya lebih bersahabat.
Mumpung udah di Manado, aku mencari tahu tentang tempat wisata di sana. Ternyata k'lo di dalam kota, nggak ada tempat wisata yang spesifik, dan tempat tujuan wisata yang disebut ya selalu B yang satu itu : BUNAKEN (yang mana masih harus naik kapal sekitar 30-45 menit dari pelabuhan...). Di kota Manado, adanya malah mall dan pertokoan di Jl. Boulevard (yang katanya merupakan hasil reklamasi pantai), dan isinya mah sama kaya' mall di Jakarta. Tapi wisata kulinernya lumayan lengkap... dan ternyata di kota Manado tidak susah mencari makanan halal, masih banyak rumah makan Padang, Cotto Makassar dan ikan bakar di mana-mana (dan jaraknya dari hotel juga gak jauh, masih bisa ditempuh dengan jalan kaki). Unfortunately, lagi-lagi karena bulan puasa, jadi belum sempat mencicipi Tinutuan alias Bubur Manado yang tersohor itu, karena katanya adanya cuman di pagi hari sampai tengah hari (wah, harus balik ke Manado lagi nih...).
Hari Senin, mulailah kita siap-siap di kantor Pertamina Cabang Manado. Ternyata di dalam kantornya lebih "sauna" daripada di luar, karena AC sentralnya tidak dinyalakan (tepatnya, AC cuman dinyalakan di ruangan-ruangan, karena setelah restrukturisasi di Pertamina Penjualan, kantornya yang begitu besar jadi kosong, pegawai organiknya tinggal beberapa orang, jadilah harus berhemat listrik...). Untung Kepala Cabangnya berbaik hati untuk menambah 1 AC lagi di ruangan training, supaya ruangannya nggak terlalu panas.
Malamnya, kami makan di resto seafood di Malalayang. Kata yang nganterin, jenis ikannya adalah ikan karang. Tapi pas kita konfirmasikan sama mbak-mbak pelayannya, dia aja nggak tau itu ikan jenis apa.... Ikannya besar, kita aja cuman makan sepotong dari badannya (lengkap dengan sambal dabu-dabu dan sayur pepaya, slurp!) udah kekenyangan.... Di luar, sempat kelihatan juga ada orang yang jalan-jalan di pantai mencari ikan dengan lampu TL, dan juga terlihat lampu-lampu dari pantai yang direklamasi, cantiknya...
Hari Selasa, training dimulai. Waktu kita mendata peserta, ternyata yang puasa mencapai 50%, wow... untung konsumsinya sudah disiapkan dalam kotak, jadi bisa dibawa pulang dengan mudah. Sempet 2x kebagian mati lampu, wah, wah... Dan walaupun AC-nya sudah ditambah satu, tapi ternyata tetep aja hawanya panas. Untungnya peserta terlihat cukup aktif, jadi instrukturnya cukup senang.
Jam 11.30, aku harus meninggalkan 2 instrukturku itu kembali ke Jakarta. Sebelum kembali ke hotel untuk mengambil bagasi yang dititipkan di sana, aku menyempatkan diri memotret pal yang menandai titik nol kota Manado (yang ternyata pal-nya tersembunyi di dekat lampu lalu lintas di perempatan jalan, dekat pagar gedung, nyaris tak terperhatikan...). Dari hotel, tadinya mau langsung ke Bandara, tapi setelah iseng-iseng tanya sama pak supir di mana tempat beli oleh-oleh, akhirnya aku mampir sebentar ke toko oleh-oleh, beli kipas Krawang.
Di Bandara Sam Ratulangi, what a surprise! Waktu cek in di counter Garuda, ternyata kalau member GFF Silver di bandara ini ada lounge-nya. Walaupun nggak pakai AC (dan snack-nya nggak bisa dimakan karena lagi puasa), tapi lumayan banget, nggak perlu rebutan kursi dengan penumpang lain di luar. Sengaja pulang ke Jakarta milih naik Garuda, biar merasakan transit di Makassar... Waktu masuk ruang tunggu, tiba-tiba petugas bandara memberi pengumuman : "Para penumpang Garuda dengan tujuan Makasar, Denpasar dan Jakarta..." Ooo... masa' gue mesti transit di Denpasar lagi??? Toloooong..... Tapi ternyata, setelah di dalam pesawat, flight attendant memberi pengumuman yang lebih jelas, bahwa penerbangan ini adalah tujuan Jakarta yang transit di Makasar, thanks God.... (ternyata penumpang yang ke Denpasar itu pindah pesawatnya di Makasar).
Waktu transit di Makasar, proses transitnya jauuuuuh lebih nyaman daripada di Polonia. Tidak ada antrian panjang. Jadi masih sempat liat-liat suvenir, walaupun akhirnya nggak beli apa-apa. Dan akhirnya, setelah terbang kurang lebih 3,5 jam, akhirnya liat Cengkareng lagi.... (dan entah kenapa, akhir-akhir ini cuaca Jakarta kurang begitu bersahabat, sangat berawan, untung pendaratan tidak ada masalah....)
1 comment:
tau kan arti kata tinutuan. Itu nama lain bubur manado, tapi juga menandakan kondisi yang acak2an. Kalau rumah berantakan itu suka disebut tinutuan, makanya ada yang gak suka kalau Manado disebut Kota Tinutuan. Di Manado, kan gak ada bubur manado tuh :D
kesana bbrp kali, untung yang terakhir sempet nginep di santika resort yang cuman 5 menit dari bunaken.
ceritaku sih
http://mellyana.blogspot.com/2007/05/mendadak-jadi-mayoritas.html
Post a Comment