Thursday, May 31, 2018

[Travel Writing Mash-Up] 4-Faced Buddha Erawan vs 4-Faced Buddha Kenjeran

Four-Faced Buddha Erawan 
Four-Faced Buddha di Kuil Erawan, atau nama lengkapnya San Thao Maha Phrom (Shrine of Lord Brahma The Great), merupakan arca Dewa Brahma yang terletak di pusat Kota Bangkok. Kuil ini terletak di halaman Grand Hyatt Erawan Hotel, di daerah Pathum Wan, tidak jauh dari stasiun Bangkok Skytrain Chitlom, dan dikelilingi beberapa pusat perbelanjaan seperti Gaysorn, Central World, dan Amarin Plaza.

San Thao Maha Phrom
Dewa Brahma adalah dewa agama Hindu, dan arca Phra Phrom mewujudkan Dewa Brahma memiliki empat wajah yang menghadap ke empat penjuru mata angin. Hal ini yang membuat arca ini secara salah kaprah sering disebut sebagai Four-Faced Buddha. Keempat wajah Phra Phrom melambangkan kekuatan Brahma, serta melambangkan 4 sifat baik, yaitu welas asih, murah hati, adil, dan meditasi. Phra Phrom digambarkan memiliki 8 tangan, yang melambangkan kehadiran dan kekuatan. Dari 8 tangan tersebut, 4 tangan memegang benda suci, sedangkan 4 tangan lainnya memegang senjata untuk mengusir kebathilan.

Penjual Perlengkapan Ibadah di Sekitar Kuil Erawan
Kuil Erawan sendiri didirikan bersamaan dengan pembangunan Hotel Erawan pada tahun 1956, di lahan yang saat ini ditempati Hotel Grand Hyatt Erawan. Saat Hotel Erawan didirikan, banyak hambatan dalam pembangunannya, sehingga pemerintah Thailand sebagai pemiliknya merasa perlu untuk membangun sebuah kuil untuk menetralisir karma buruk tersebut. Adapun patung Phra Phrom merupakan hasil rancangan Departemen Seni Rupa, dan didirikan pada tanggal 9 November 1956. Percaya atau tidak, setelah pendirian kuil ini, pembangunan Hotel Erawan berjalan lancar. Tahun 1987, hotel ini diruntuhkan, dan di atas lahannya digunakan untuk Hotel Grand Hyatt Erawan.

Para Penari Tradisional Thailand
Dengan lokasi yang berada di sudut persimpangan besar dan merupakan kuil terbuka, Kuil Erawan banyak dikunjungi orang, baik mereka yang akan beribadah ataupun wisatawan yang hanya melihat-lihat. Di trotoar sekitar Kuil Erawan banyak deretan penjual bunga dan perlengkapan untuk ibadah, sehingga kuil ini terlihat hidup dan penuh warna. Para penziarah mempersembahkan karangan bunga marigold, dupa, dan lilin, serta memanjatkan doa meminta perlindungan dan agar segala hambatan disingkirkan. Sesekali terdapat pertunjukan dari para penari tradisional Thailand yang melambangkan persembahan doa kepada Dewa Brahma dari para penziarah, atau sebagai perwujudan rasa syukur setelah doa di kuil tersebut dikabulkan.

Phra Phi Khanet di depan Central World
Selain Kuil Erawan, dalam radius 500 meter dari kuil tersebut terdapat beberapa kuil Hindu lainnya, yaitu Phra Trimurati (Trimurti) dan Phra Phi Khanet (Ganesha) yang terletak di depan Central World, Phra Mae Umadhevi (Uma) yang terletak di depan Big-C Supercenter, serta Thao Amarindradhiraja (Indra), dan Phra Narai Song Suban (Narayana di atas Garuda) di depan Amarin Plaza.


Four-Faced Buddha Kenjeran 
Namun untuk melihat arca Four-Faced Buddha, Anda tak perlu jauh-jauh ke Bangkok. Di Kawasan Wisata Pantai Ria Kenjeran, Surabaya, terdapat arca Four-Faced Buddha yang merupakan tiruan Phra Phrom di Kuil Erawan. Arca ini diresmikan pada tanggal 9 November 2004, dan pembangunannya menghabiskan dana kurang lebih 4 miliar Rupiah. Patung ini berlapis emas, dan untuk menyempurnakan lapisan emasnya digunakan kertas kimpo atau kertas emas dari Thailand.

Four Faced Buddha di Pantai Ria Kenjeran
Ukuran arca Four-Faced Buddha di Kenjeran jauh lebih besar dibandingkan arca Phra Phrom di Kuil Erawan. Arca dengan panjang sisi alas 9 meter dan tinggi 9 meter ini diletakkan di dalam bangunan yang disangga 4 pilar berwarna hijau emas, dengan panjang sisi alas 15 meter dan total tinggi 36 meter. Ukuran-ukuran ini banyak mengandung angka 9, karena angka 9 memiliki makna khusus sebagai angka tunggal tertinggi, sekaligus merupakan lambang kesempurnaan.

Detail dari Four-Faced Buddha
Karena ukurannya yang besar, maka kita bisa melihat lebih jelas detail dari arca tersebut. Sama seperti Phra Phrom, arca ini memiliki 8 tangan, dan masing-masing tangan memegang 1 benda. Salah satu dari tangan kanan memegang dada, sedangkan di 3 tangan kanan yang lain memegang cupu berisi air suci, tongkat kebesaran dan cakram (sejenis senjata berbentuk piringan). Adapun tangan kiri patung terlihat sedang memegang tasbih, teratai, kitab suci dan kerang. Air suci merupakan perlambang energi penciptaan semesta, sedangkan teratai merupakan lambang kekuatan yang memunculkan alam semesta. Kedua hal ini merupakan perwujudan sifat Brahma sebagai dewa pencipta dalam agama Hindu.

Berbeda dengan kuil Erawan yang ramai, arca Four-Faced Buddha tidak banyak dikunjungi orang. Kebanyakan dari mereka yang berkunjung memiliki maksud untuk beribadah. Mereka membakar hio dan berdoa di depan arca tersebut, dan sebagian ada yang berdoa sambil mengelilingi patung searah jarum jam. Selain beribadah di depan arca, penziarah juga bisa menggunakan Ruang Meditasi.

Arca Ganesha di Pantai Ria Kenjeran
 Jika di sekitar Kuil Erawan terdapat beberapa kuil Hindu, Four-Faced Buddha di Kenjeran hanya “ditemani” oleh arca Ganesha. Ganesha merupakan dewa ilmu pengetahuan dalam mitologi Hindu, yang dengan mudah dikenali karena berbentuk manusia berkepala gajah dengan perut buncit. Arca Ganesha ini diletakkan di dalam sebuah pendopo kecil yang terletak di sisi utara arca Four-Faced Buddha.

Monday, May 28, 2018

[Travel Writing Mash-Up] Berliner Mauer vs Tembok Berlin

Situs Berliner Mauer, Sisa-Sisa Kejayaan Perang Dingin Eropa 
Tembok Berlin (Berliner Mauer) adalah obyek wisata sejarah yang wajib dikunjungi jika kita singgah di ibukota negara Jerman. Namun hari ini kita tidak akan menemukan bangunan tembok besar yang semula membelah Kota Berlin secara fisik dan ideologi tersebut. Yang bisa kita temukan hanyalah situs tapak tembok, sisa-sisa tembok, dan beberapa bekas pos perbatasan di sepanjang tembok.

Sisa Tembok Berlin
Tembok Berlin dibangun oleh pihak Jerman Timur mulai 13 Agustus 1961, membentang dari barat ke timur, membentuk wilayah enklave di sisi barat Berlin. Bukan sekadar tembok beton, tembok ini juga dilengkapi menara pengawas, parit berisi ranjau, dan perangkat pertahanan lainnya. Keberadaan tembok ini seolah menjadi saksi bisu perang dingin antara dua negara adidaya Amerika Serikat dan Uni Sovyet. Dengan adanya perubahan politik yang radikal di kawasan Blok Timur, serta berkurangnya pengaruh Uni Sovyet, pada tanggal 9 November 1989 pemerintah Jerman Timur mengumumkan bahwa rakyat Jerman Timur boleh pergi ke Jerman Barat dan Berlin Barat. Mereka serta merta memanjat dan menyeberangi Tembok Berlin untuk merayakan atmosfer kebebasan. Tembok Berlin secara resmi mulai dibongkar sejak 13 Juni 1990, hingga terbongkar seluruhnya di tahun 1992. Pembongkaran Tembok Berlin ini juga menandai reunifikasi Jerman yang diresmikan pada tanggal 3 Oktober 1990.

Checkpoint Charlie
Antara tahun 1947 sampai dengan 1991, terdapat 9 pintu perbatasan yang tersebar di antara Berlin Timur hingga Berlin Barat, namun yang paling terkenal adalah Checkpoint Charlie, yang terletak di pojokan Friedrichstrasse dan Zimmerstrasse. Saat itu Checkpoint Charlie secara terbatas hanya digunakan untuk lalu lintas orang asing dan tentara Sekutu. Hari ini, lokasi yang semula merupakan Checkpoint Charlie dijadikan semacam monumen Perang Dingin yang membelah Berlin dan Jerman. Di tempat yang saat ini merupakan salah satu daya tarik wisata Kota Berlin, masih tersisa pos penjagaan, dan di dekatnya terdapat Museum Sekutu serta eksibisi terkait Tembok Berlin.

Menikmati Sunset di Tembok Berlin 
Namun tahukah jika Anda bisa menikmati sunset dari Tembok Berlin? Tentu saja bukan dari Checkpoint Charlie yang sudah dikelilingi bangunan-bangunan tinggi, melainkan dari Pantai Dofior di Kota Sorong, salah satu pintu gerbang provinsi Papua Barat.

"Tembok Berlin" di Kota Sorong
Pantai Dofior adalah pantai sempit yang merupakan pantai Kota Sorong. Pantai ini lebih dikenal sebagai Pantai “Tembok Berlin”, karena terdapat tembok setinggi 1,5 meter dengan lebar 1 meter yang membentang di sepanjang Pantai Dofior, dengan panjang tak kurang dari 3 km. Tembok pembatas antara jalan dan pantai ini berfungsi sebagai tanggul sekaligus pemecah ombak. Posisi pantai menghadap ke arah barat, sehingga sangat ideal untuk melihat panorama sunset.

Pantai Dofior dan "Tembok Berlin"
Di sore hari, banyak penduduk Kota Sorong yang duduk-duduk di tembok pantai ini untuk melihat panorama matahari terbenam, serta menikmati sejuknya hembusan angin laut. Jika air sedang tenang, banyak di antara pengunjung yang berenang di pantai ini. Menjelang malam, para penggemar wisata kuliner bisa menikmati kudapan ringan atau bersantap malam di warung-warung tenda yang berdiri di sepanjang Pantai Tembok Berlin. Tak hanya pemandangan matahari terbenam, dari pantai ini anda bisa melihat pemandangan kapal yang akan berlabuh atau baru saja bertolak dari pelabuhan Sorong, serta pulau-pulau kecil yang terletak di depan Kota Sorong, seperti Pulau Doom dan Pulau Raam.

Panorama Sunset di Pantai Dofior