Tuesday, January 29, 2013

Senang Berbatik? Kenali dan Rawat Batik Dengan Tepat!

Hare gene gak berbatik? Ketinggalan jaman! Batik memang merupakan warisan budaya Nusantara sejak masa silam yang saat ini kembali menjadi populer. Dimulai dengan himbauan mengenakan batik di kantor pemerintahan dan kantor BUMN setiap hari Jumat mulai tahun 2004, serta diperkuat oleh ketetapan UNESCO bahwa batik merupakan Warisan Kemanusiaan Untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi sejak 2 Oktober 2009, maka batik kembali populer dan menjadi identitas bangsa.

Kata “batik” berasal dari kata “amba” yang berarti menulis, dan kata “titik” yang bermakna bahwa motif batik merupakan hasil dari rangkaian titik yang dituliskan pada kain. Batik tidak sekedar merujuk pada motif yang dihasilkan, melainkan juga pada cara pembuatannya berupa pembuatan rangkaian titik menggunakan malam dan canting.

Saat ini batikdapat diperoleh dengan mudah. Mulai dari toko batik dan butik batik yang tersedia di pusat-pusat perbelanjaan, sentra-sentra pengrajin batik, serta tempat-tempat wisata, hingga berbagai toko batik online, seperti www.berbatik.com. Dengan berbagai pilihan batik yang ditawarkan oleh toko-toko tersebut, ada baiknya kita memiliki pengetahuan dasar tentang batik, agar kita cermat dan tidak salah dalam membeli, khususnya ketika kita belanja dari toko batik online di mana kita tidak melihat secara langsung batik yang ditawarkan.

Cara Pembuatan Batik
Batik dapat dibedakan dari cara pembuatannya, yang juga akan mempengaruhi harga jual batik. Semakin rumit cara pembuatannya, maka harganya pun akan semakin mahal.

Batik yang dibuat secara tradisional adalah batik tulis. Untuk membuat batik tulis, kain yang digunakan biasanya adalah kain katun prima, katun primis, rayon, atau birkolin. Sebelum diberi malam, kain katun prima dan katun primis harus dikanji dan dikemplong terlebih dahulu, agar malam dan zat warna dapat melekat dengan mudah. Sedangkan kain rayon dan birkolin yang merupakan kain sintetis tidak perlu diolah terlebih dahulu, karena malam dan zat warna lebih mudah melekat. Setelah diolah, kain kemudian diberi pola batik menggunakan malam dan canting. Setelah diberi pola, kain kemudian dicelupkan pada zat warna, dan bagian kain yang tertutup malam tidak akan terkena zat warna dan akan tetap berwarna putih, sehingga akan meninggalkan pola. Proses pemberian malam dan pencelupan zat warna bisa dilakukan berulang kali, bergantung pada pola yang akan dibuat. Setelah didapatkan pola batik sesuai dengan yang diinginkan, maka kain kemudian dilorot dalam air panas untuk melarutkan malam pada kain.

Belajar Membatik dengan Canting


Selain batik tulis, batik juga dibuat dengan teknologi cap, dan dikenal dengan nama Batik Cap. Pola batik dibuat dalam cap yang terbuat dari tembaga, kemudian cap tersebut dicelupkan ke dalam malam, dan dicapkan pada kain.

Belajar Membatik Dengan Cap

Dengan kemajuan teknologi, saat ini batik juga sudah dibuat dengan menggunakan teknologi printing, atau pencetakan motif langsung pada kain. Kain yang dihasilkan tentunya harganya lebih murah dibandingkan kain batik yang dibuat dengan canting atau cap. Untuk membedakan apakah sebuah kain batik dibuat dengan canting, cap, atau printing, Anda bisa membolak balik kain batik. Batik yang dibuat dengan canting akan memiliki kualitas pewarnaan yang sama pada kedua permukaannya, sedangkan pada batik printing salah satu permukaannya akan berwarna lebih pucat/putih dibandingkan permukaan lainnya.

Aneka Motif dan Warna Batik
Selain dibedakan dari cara pembuatan, batik juga dibedakan dari jenis-jenis motifnya. Jenis motif batik dapat dibedakan terutama berdasarkan asal daerah, serta berdasarkan fungsinya.

Pada awalnya, batik merupakan busana yang dipakai oleh keluarga Keraton keturunan kerajaan Mataram Islam (Surakarta, Yogyakarta, Mangkunegaran, Pakualaman) dan para abdi dalemnya, sehingga kebanyakan motif batik yang ada sekarang merupakan pengembangan dari motif-motif batik yang dibuat di keraton-keraton tersebut. Motif-motif batik yang dikembangkan di keraton merupakan hasil perpaduan budaya Jawa, Hindu dan Islam. Beberapa motif batik keraton yang saat ini masih digunakan secara luas antara lain adalah :
  • Gurdo : Gurdo merupakan penggambaran Garuda, burung suci kendaraan Sang Hyang Wisnu. Motif Gurdo berbentuk dua buah sayap, yang bermakna menaungi kehidupan di bumi.
  • Truntum : pola truntum merupakan simbolisasi dari kuncup bunga melati, yang melambangkan cinta yang bersemi. Batik truntum biasanya digunakan oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan, bermakna orang tua bisa menuntun calon pengantin.
  • Kawung : batik kawung dicirikan dengan 4 buah elips yang mengelilingi satu titik di tengah, melambangkan raja dan 4 “bawahannya”. Kawung juga merupakan kata lain dari “aren”, tumbuhan dengan berbagai macam kegunaan, ditafsirkan bahwa siapa pun yang mengenakan motif ini harus berguna bagi banyak pihak, seperti pohon kawung. Motif ini dikenakan raja dan keluarga terdekatnya sebagai lambang keperkasaan dan keadilan.
  • Parang : “parang” merupakan senjata yang melambangkan kekuasaan, kekuatan, dan kecepatan, sehingga ksatria yang mengenakan batik ini bisa berlipat kekuasaannya. Di masa lalu, motif parang hanya boleh dikenakan oleh raja atau kerabat keraton, dan ukuran motifnya akan menunjukkan status seseorang . Semakin tinggi kedudukan seseorang, maka motif parang yang dikenakan akan semakin besar.
  • Sekarjagat : nama Sekarjagat berasal dari kata “Kar Jagat”, yang bermakna harfiah peta dunia. Ciri dari batik ini adalah banyak motif yang dimasukkan dalam selembar kain batik. Makna dari motif ini adalah siapa yang memakainya akan menaklukan dunia.


  • Motif Kawung Versi Yogyakarta

    Dengan adanya pemerintah kolonial Belanda, terjadi konflik dan peperangan yang menyebabkan banyak kerabat keraton dan para pengrajin batik yang mengungsi dan menetap di daerah baru. Sebaliknya, masyarakat juga mulai meniru motif batik yang dikenakan oleh kerabat kerajaan, untuk dikenakan sehari-hari. Perkembangan batik juga didukung dengan munculnya para pengusaha batik di wilayah-wilayah pengrajin batik, baik dari kalangan pribumi, keturunan Tionghoa, maupun pengusaha Belanda. Dari mereka inilah muncul berbagai macam motif batik yang merupakan hasil perpaduan dengan budaya setempat, menghasilkan batik dengan motif dan warna khas masing-masing daerah.

    Berikut ini adalah berbagai jenis batik dengan ciri motif dan warna khasnya :
  • Surakarta : Batik Surakarta dicirikan dengan motif yang anggun, dengan warna-warna didominasi warna sogan/coklat kekuningan
  • Yogyakarta : Batik Yogyakarta adalah jenis batik yang berkembang setelah kerajaan Mataram Islam pecah menjadi 4. Batik ini dicirikan dengan motif yang lebih sederhana, dengan warna dasar batik umumnya putih.
  • Pekalongan : Batik Pekalongan merupakan salah satu contoh batik pesisir dengan ciri khas warna cerah. Motif batik Pekalongan banyak dipengaruhi oleh budaya Cina dan Belanda, seperti motif buketan atau bunga.
  • Madura : Batik Madura didominasi warna hitam dan warna merah, dengan ciri motif yang egaliter, seperti karakter masyarakat Madura pada umumnya.
  • Garut : Batik Garut memiliki motif serupa dengan batik Keraton, namun didominasi warna-warna cerah. Konon para pengrajinnya merupakan keturunan pengrajin batikdari Yogyakarta dan Surakarta yang mengungsi ke Garut.
  • Cirebon : motif batik Cirebon juga merupakan jenis batik pesisir yang dikembangkan oleh Keraton Cirebon, serta banyak mendapat pengaruh Cina, seperti motif Mega Mendung.
  • Lasem : Ciri khas batik Lasem adalah motifnya yang merupakan kombinasi budaya Jawa dan Cina, serta memiliki warna merah cerah yang khas dengan nama merah getih pithik (merah darah ayam). Warna merah ini terbentuk akibat pengaruh air tanah yang digunakan di daerah tersebut untuk memproduksi batik.
  • Batik Jawa Hokokai : Jenis batik ini merupakan varian Batik Pekalongan, yang motifnya dipengaruhi dari budaya Jepang, seperti bunga sakura, bunga krisan, dan kupu-kupu. Ciri khas batik ini adalah jenis pola yang disebut “pagi-sore”, karena dalam 1 helai kain terdapat 2 tipe motif, yang satu berwarna terang untuk dikenakan pagi hari, dan yang berwarna lebih gelap untuk dikenakan pada malam hari
  • Batik Lawasan : jenis batik ini merupakan batik yang dibuat seolah-olah warnanya pudar karena sudah lama (lawas = lama).


  • Batik Pekalongan yang Didominasi Warna-Warna Cerah


    Cara Merawat Batik
    Setelah mengetahui jenis batik dari cara pembuatan dan dari jenis motif serta warnanya, tentunya kita akan semakin cermat saat memilih dan membeli batik, baik dari toko batik, butik batik, maupun belanja batik online, sehingga kita bisa mendapatkan produk batik dengan kualitas yang sepadan dengan harga yang kita bayarkan.

    Setelah mendapatkan batik sesuai dengan keinginan kita, jangan lupa untuk merawatnya dengan baik, agar batik kita, khususnya batik tulis atau batik cap, tetap awet, cerah, dan nyaman dikenakan. Berikut ini adalah beberapa tips perawatan batik yang perlu diperhatikan :
  • Batik sebaiknya dicuci menggunakan lerak. Lerak biasanya dapat dibeli di pasar tradisional, namun saat ini sudah tersedia lerak cair di supermarket.
  • Jika batik tidak terlalu kotor, cukup dibilas dengan air hangat. Namun jika terdapat kotoran, cuci kocoran tersebut dengan sabun mandi atau kulit jeruk, dengan menggosokkan sabun atau kulit jeruk pada tempat yang kotor saja
  • Jangan mencuci batikdengan detergen
  • Jangan mengucek atau memelintir batik, karena akan melarutkan pewarnanya sehingga batik berwarna mbladus/pucat
  • Jemur batik pada tempat yang teduh, jangan dijemur di bawah terik matahari. Tarik ujung batik agar serat-seratnya tidak mengerut
  • Hindari penyetrikaan. Namun jia terpaksa harus disetrika, gunakan temperatur rendah,dan letakkan kain tipis antara batik dan setrika
  • Simpan batik di dalam plastik untuk menghindari ngengat. Jangan gunakan bola kamper/phenolphtalein ball, karena senyawanya dapat merusak batik
  • Sebulan sekali keluarkan batik dari lemari, angin-anginkan untuk menghilangkan debu dan ngengat, gantungkan di luar lemari kurang lebih selama 1 jam
  • Gunakan kertas roti untuk mengalasi batik jika disimpan di lemari. Jangan gunakan kertas koran karena tintanya dapat merusak batik.
  • Jangan semprotkan parfum atau eau de toilette pada permukaan batik sutera


  • Daftar Pustaka
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Batik
  • Aep S. Hamidin (2010). Batik Warisan Budaya Asli Indonesia. Yogyakarta : Penerbit Narasi.
  • Abdul Aziz Sa’du (2010). Buku Panduan Mengenal dan Membuat Batik. Jakarta : Diva Press.
  • Kunjungan ke Museum Batik Kuno Danar Hadi, Surakarta

  • Foto-foto merupakan koleksi pribadi

    Tulisan ini diikutsertakan dalam Kontes Blog Berbatik dari www.berbatik.com.



    Thursday, January 03, 2013

    #LiburanLokal? Siapa Takut!



    Membaca kicauan @mrshananto pada akhir Desember 2012 yang lalu tentang #LiburanLokal, hati saya tergelitik untuk menulis opini ini, sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan #LiburanLokal di Nusantara.

    Saya yakin, banyak yang kepingin pergi ke luar negeri untuk berlibur. Saya pun juga begitu. Dan saya percaya, dana yang saya miliki cukup untuk melakukan hal itu (apalagi setelah ikut kursus FinPlan-nya@mrshananto, jadi makin pede untuk menabung dana liburan, hihihi). Kendala saya hanya masalah jadwal, jadi untuk berlibur lebih dari 2 hari, persiapan di kantor pun harus matang, karena saya tidak ingin liburan saya terganggu.

    Tapi, akhirnya muncul pertanyaan, apakah yang namanya berlibur itu harus ke luar negeri? Apalagi kalau dalihnya "keluar negeri lebih murah daripada di dalam negeri". Coba kita hitung-hitung lagi. Kalau ke luar negeri, kenapa bisa lebih murah? Karena kita akan pakai tiket promo, menginap di hotel bintang 2 atau 3, terus ke mana-mana naik angkutan umum, atau pergi secara berombongan. Kalau kita melakukan hal yang sama di sini, pasti #LiburanLokal kita juga bisa hemat kok.

    Saya mulai belajar merencanakan #LiburanLokal secara hemat ketika saya sering berdinas keluar kota. Kebanyakan travelling saya adalah travelling abidin, alias "atas biaya dinas". Berhubung project yang saya tangani memiliki anggaran akomodasi yang pas-pasan, saya harus mencari hotel bintang 2 atau 3 untuk akomodasi. Dari sini saya belajar bahwa ada hotel-hotel murah dengan layanan yang baik, dan sebaliknya, tinggal di hotel mahal tidak menjamin kenyamanan saat bepergian. Sebagai contoh, Anda memilih menginap di hotel resort yang terletak di jalan menuju Kaliurang, padahal tujuan Anda ke Yogyakarta adalah pergi belanja ke Malioboro. Jadi musti keluar ongkos lagi khan? Belum lagi kalau di resort bintang 5, yang namanya internet seringkali tidak gratis. Kalau saya, saya akan memilih menginap di hotel budget yang bersih, nyaman dan aman, dekat keramaian (jadi tak perlu keluar ongkos terlalu besar), dan internetnya gratis.

    Bukan di Malibu tapi di Bukit Malimbu, Lombok

    Demikian juga dengan transportasi di tempat tujuan, saya berkesempatan mempelajari ada transport umum apa saja, murah atau tidak, nyaman atau tidak, dan praktis atau tidak. Beberapa kota di Indonesia memang belum memiliki transportasi umum yang memadai, sehingga seringkali kita harus menyewa kendaraan. Tapi bagi kota-kota di Indonesia dengan fasilitas transportasi umum yang memadai, walaupun mungkin kita harus sering naik taksi dari satu tempat ke tempat lain, namun jika dihitung-hitung bisa jauh lebih murah daripada sewa mobil seharian. Dari kedua hal ini, saya bisa merencanakan perjalanan #LiburanLokal saya atas biaya sendiri, biayanya bisa lebih hemat daripada kalau pakai tour, namun dengan standar kenyamanan dan keamanan yang tetap terjaga.

    Bukan di Eropa tapi di Tangkubanperahu
    Tentang tiket pesawat, kasusnya lain lagi. Memang betul, tiket murah dari low cost airline memungkinkan kita pergi ke mana-mana dengan biaya sangat ekonomis. Tapi saya orang yang butuh kenyamanan dalam naik pesawat : ruang tunggu yang nyaman, kabin pesawat dengan jarak tempat duduk agak longgar (secara kaki saya panjang), dan kelakuan penumpang lain yang tidak annoying. Oleh karena itu, airline favorit saya adalah airline plat merah yang warna catnya biru (ehm!). Mengingat harga tiketnya yang tidak murah (tapi berbanding lurus dengan segala kenyamanan yang diberikan, baik sebelum maupun saat terbang), ada beberapa trik yang saya lakukan untuk mendapat tiket murah airline tersebut : cari jam aneh untuk terbang, pesan jauh-jauh hari, atau manfaatkan poin program loyalti. Namun demikian, tidak ada yang salah dengan low cost airline, hanya kita perlu sadar bahwa ketika kita memilih menggunakan low cost airline, berarti kita sudah bersedia dan siap menerima sepaket konsekuensinya. Pada kenyataannya, beberapa destinasi #LiburanLokal favorit saya tidak dilayani oleh airline favorit saya, seperti Belitung dan Raja Ampat, sehingga saya pun harus menggunakan airline lainnya.


    Bukan di Bencoolen Street Singapura, tapi di Bengkulu (the real Bencoolen)
    Salah satu #LiburanLokal hasil travelling abidin saya adalah liburan keluarga ke Ranah Minang. Sudah lama saya bercita-cita liburan ke Sumatra Barat, tapi belum pernah menemukan alasan yang tepat untuk ke sana. Tahun 2007, saya berkesempatan untuk berdinas ke Bukittinggi, sehingga saya mendapatkan gambaran singkat mengenai suasana di Ranah Minang. Enam bulan kemudian, saya memprovokasi keluarga untuk berlibur ke Ranah Minang (tentunya dengan segala bujuk rayu dan daftar apa saja yang bisa dilihat di sana). Akhirnya provokasi saya berhasil, dan kami memesan tiket 3 bulan sebelumnya. Hasil akhir dari perjalanan ini memuaskan semua orang, karena apa yang kami peroleh selama liburan melebihi ekspektasi awal. #LiburanLokal ke Ranah Minang di tahun 2008 itu akan menjadi salah satu kenangan manis liburan kami.

    Bukan di Cina tapi di Sam Poo Kong, Semarang
    Bagi saya, liburan bukan cuman sekedar pindah tidur ke hotel mewah sambil berenang di kolam renangnya. Dalam liburan harus ada sesuatu yang baru, memiliki pengetahuan baru, atau menikmati/melakukan hal yang berbeda dengan rutinitas sehari-hari. Dan yang paling betul adalah liburan itu harus bebas dari urusan pekerjaan (namanya juga libur!). Kalau masih diganggu juga sama urusan kerjaan, itu namanya pindah tidur (atau lebih parah lagi, pindah kantor).

    Kembali ke urusan #LiburanLokal. Gara-gara dijadikan project officer pelatihan yang diselenggarakan di seluruh antero Nusantara, saya berkesempatan melihat banyak kota, baik di Pulau Jawa maupun di luar Jawa. Ternyata kata orang-orang memang betul, Indonesia memiliki kekayaan pariwisata yang sangat beragam. Dari perjalanan-perjalanan itu, menurut saya kalau kita ada niatan melakukan #LiburanLokal, pasti bisa! Di era informasi seperti sekarang ini, info liburan itu sangat banyak, tinggal tanya mbah Google, langsung keluar berbagai info tempat wisata, akomodasi, dan transportasi. Malas buka mbah Google? Di toko buku juga banyak buku2 panduan wisata dalam negeri hasil karya anak bangsa.

    Masih teringat dalam benak saya, ketika saya mewawancara seorang kandidat anggota tim pengajar di Surabaya. Suatu hari, dalam percakapan via messenger, sang kandidat (yang akhirnya terpilih sebagai anggota tim) bertanya, saya di Surabaya sudah ke mana saja? Menurut dia (yang notabene orang lokal), di Surabaya tidak ada obyek menarik selain mall dan wisata kuliner, paling banter Jembatan Suramadu. Saya bilang, saya sudah pernah ke Kebon Binatang Surabaya, Jembatan Suramadu hingga Bangkalan, Monumen Kapal Selam, Patung Joko Dolog, House of Sampoerna dan Surabaya Heritage Tour, Tugu Pahlawan,dan saat itu saya baru saja mengunjungi 4-Faced Buddha di Kenjeran, yang belum tinggal Museum Mpu Tantular. Sang kandidat hanya bisa berkata : Owww. Ternyata, permasalahan minimnya info #LiburanLokal bukan karena kita gak mau, tapi karena kebanyakan dari kita gak sadar kalau sebenarnya banyak hal menarik di sekitar kita yang berpotensi untuk dijadikan destinasi #LiburanLokal.


    Bukan di Eropa, tapi di Stasiun Tanjung Priok
    Oh ya, sebelum lupa. #LiburanLokal juga tidak berarti kita harus pergi keluar kota dan menginap. Lihat dulu di sekeliling rumah kita, jangan-jangan ada obyek yang menarik yang perlu disambangi. Misalnya bagi kita yang tinggal di Jakarta, sebelum pergi menjebakkan diri di tengah kemacetan Bandung untuk berlibur, sempatkan diri untuk mengunjungi Museum Nasional dengan gedung barunya. Atau yang tadinya berencana mau ke Malioboro tapi kehabisan tiket, tengok dulu Petak Sembilan dan Pasar Asemka, bisa jadi Anda menemukan hal menarik yang tidak akan Anda temukan di Malioboro. Keliling Kota Jakarta dengan busway atau KRL Commuter juga merupakan hal menarik yang bisa dicoba.
      
    Bukan di Smithsonian tapi di Museum Geologi, Bandung
    So, apa saja keuntungan #LiburanLokal? Bagi kita yang melakoninya, kita bisa dapat pengetahuan baru, pengalaman baru, teman-teman baru, networking baru. Di sisi lain, #LiburanLokal juga merupakan kesempatan untuk memajukan perekonomian bangsa dari industri pariwisata. Bayangkan dengan melakukan #LiburanLokal, akan meningkatkan pendapatan perusahaan transportasi domestik (mulai dari PT KAI, perusahaan penerbangan), akomodasi (terutama penginapan dan jaringan hotel domestik), rumah makan, tempat wisata, dan lain sebagainya.  Jangan lupakan juga pendapatan para penduduk setempat, mulai dari mereka yang berusaha di kaki lima, hingga para pegawai hotel bintang lima. Jadi, dengan #LiburanLokal, kita untung bangsa untung.