Monday, March 31, 2008

Kembali ke ShowBiz!!

Finally, after years of hard working in training & consultation environment, I'm return to showbiz!!

When was the last time I stood on-stage? Not really remember... maybe on 2002, either in ballet performance, or choir performance. Sometimes I missed those times, doing something different than my formal "occupation", to be someone a little bit different than my daily "images" known by my colleague.

And couple of days ago, on March 28th 2008, after vacuum for a long time, suddenly I felt it once again : the centerstage! It was quite an experience to be involved in a unique performance of ITB Voices Night, Great Movie Theme. The concept of the show was great, by combining live singers' performance supporting with video clip of the movie we sung to build the 'feel' of the movie. Even though it wasn't a perfect performance (smooth enough, but not really smooth as we expected), but for me it was good, since everybody only got time less than 2 months to prepare the whole performance!

And here is the photograph of 15 members of "Marine Team" after the performance, with "James Bond" costumes...

Monday, March 24, 2008

Kenapa Pesawat Bisa Delay

K'lo kita lagi nungguin pesawat mau berangkat ato ngejemput orang, k'lo dah delay, biar kata cuman 30 menit, rasanya bisa jadi sangat menyebalkan. K'lo delaynya karena cuaca, oke lah... gak ada penerbangan yang kebal ama cuaca buruk, bahkan airline-airline "jagoan" pun harus ngalah ama cuaca buruk. Ato k'lo ada kendala teknis, dan diumumkan secara jelas, kita sebagai penumpang mungkin ngomel, tapi rasanya kita bisa terima alasannya, daripada tiba-tiba terjadi hal-hal yang tidak diinginkan waktu terbang... Yang bikin sebal kan kalau penyebab delaynya gak jelas, seperti yang pernah kualamin di Pontianak, naik Batavia Air kena delay hampir 5 jam, yang 3 jam jelas karena cuaca buruk, tapi yang 2 jam karena ketidakjelasan yang tidak pernah ada penjelasannya...

Tapi rupanya ada penyebab delay yang sangat tidak terduga, dan ternyata bisa saja terjadi, seperti kejadian berikut ini :

Seminggu setelah "Mendadak Dinas" ke Singapore, aku kembali ke Singapore, kali ini memang terencana, bawa serombongan peserta tour yang mau jalan-jalan. Karena satu dan lain hal, terjadi kekisruhan dalam pemesanan tiket dan hotel, jadilah kita terbang ke Singapore naik Lion Air! Wow! Tapi boleh juga dicoba... kalau nggak pernah nyoba, kan gak akan pernah tahu... Sehari sebelum berangkat, aku sempat menelfon ke Lion, pengen tahu ada service apa aja di atas pesawat. Ternyata... gak ada bedanya antara penerbangan domestik dan internasional Lion Air
: sama-sama cuman ngasih aqua gelas! Dan yang sempet bikin rada sebel, kalau di penerbangan internasional dengan airline lain, sebelum mendarat di bandara tujuan mereka membagikan kartu imigrasi. Pas kemaren mau mendarat di Changi, aku baru sadar, kok kartu imigrasi Singapore-nya belum dapat. Pas nanya sama pramugarinya, eh, katanya dah dibagikan di belakang, dan abis.... hu-uh... masa' sih bisa kehabisan??? Ngerepotin penumpang ajah... kan jadi gak bisa ngisi di atas pesawat, padahal lumayan lho k'lo ngisi kartu imigrasi di atas pesawat, bisa mengurangi waktu di "wahana antrian" Imigrasi.

Pas mau pulang ke Jakarta, naik Lion Air lagi. Waktu masuk ruang tunggu (tepatnya aku lagi ngantri untuk diperiksa boarding passnya), tiba-tiba terlihat sedikit keributan di dalam ruang tunggu, sampe' ada yang berantem-berantem segala (sampai sekuriti bandara Changi di ruang tunggu dah teriak-teriak minta tolong ama temennya di luar). Setelah aku nanya sama temen-temen yang udah di ruang tunggu, katanya sih ada penumpang yang hiperaktif (kebetulan perempuan), terus ribut dan berkelahi ama kakaknya sendiri. Ohhh... family matter... Ibu-ibu yang ngantri pemeriksaan boarding pass di belakangku dah sempet komentar : nanti kalau dia kumat di atas pesawat, gimana ya? Wah, bener juga yaaa... Kita sempet liat petugas bandaranya berdiskusi, tapi kita juga gak tahu apa kesimpulannya.

Begitu dipanggil untuk boarding, everybody was very happy to go home. Semua udah duduk di kursinya masing-masing. Boardingnya cukup cepat, jadi sebenarnya kita bisa berangkat on-time. Pas pesawat udah lepas dari garbarata dan mundur untuk siap-siap ke taxi way, waktu mbak pramugarinya lagi ngecek para penumpang yang seharusnya semua sudah duduk dan mengenakan seat belt, tiba-tiba si Ms. Hiperaktif itu berdiri, dan mulai memukul-mukul penumpang di sebelahnya! Oooo... kejadian... Si mbak pramugari sebenarnya sudah mencoba menenangkan Ms. Hiperaktif, tapi gak bisa. Akhirnya dia lapor sama pilot-nya, dan kemudian kita kembali ke apron, terus membuka pintu pesawat dan pasang garbarata lagi... Waktu itu terasa banget, semua penumpang pada tegang dan gelisah, karena nggak kebayang bagaimana penyelesaianya masalahnya, sementara kita juga nggak bisa donk ditahan terlalu lama... Gak lama, ada petugas bandara yang naik, tapi masalah masih belum teratasi, malah Ms. Hiperaktif makin parah, karena semakin banyak penumpang yang dia pukul-pukul. Setelah itu ada petugas sekuriti bandara, dia mencoba menyuruh Ms. Hiperaktif untuk turun pesawat, tapi masih tetep ngotot gak mau turun. Akhirnya petugas sekuriti memaksa Ms. Hiperaktif untuk turun dengan cara mengambil tasnya, dan doi akhirnya jalan keluar pesawat, tadinya masih sambil marah-marah. Di bagian depan, Ms. Hiperaktif ketemu sama salah satu peserta rombonganku, nggak tahu dibacain apa, tiba-tiba Ms. Hiperaktif lemas, terus akhirnya digotong keluar pesawat, dan gak lama kemudian pramugari mengambil barang-barangnya dan dibawa keluar pesawat. Baru setelah itu pintu pesawat ditutup, pesawat keluar apron, melewati taxi way, dan akhirnya take-off menuju Cengkareng (finally...) Kejadian ini berlangsung agak lama juga, ada sekitar 30 menit atau lebih, bahkan sampai pesawat Garuda yang harusnya berangkat 20 menit lebih belakangan dari Lion Air bisa berangkat duluan. Baru kali ini aku mengalami pesawat didelay bukan karena cuaca atau masalah teknis, tapi masalah yang bener-bener non-teknis...Dan kita semua mengakui, keputusan pilot untuk kembali ke apron dan menurunkan penumpang bermasalah itu adalah keputusan yang benar.

Jadi, lain kali kalau menemukan pesawat delay, tanya dulu, adakah sebuah kejadian luar biasa terjadi di atas pesawat?

Wednesday, March 05, 2008

Mendadak Dinas!!!

Seumur-umur gue kerja di tempat yang sekarang (tepatnya dah hampir 5 tahun), baru kali ini ngalamin dinas mendadak, super duper mendadak, luar biasa mendadak. Kenapa juga dinas mendadak harus ke Singapore... (bener-bener mengalahkan rekor "dinas mendadak" sebelumnya yang antara perintah dan tanggal keberangkatan jaraknya kurang dari 24 jam, dan kali ini kurang dari 12 jam...)

Hari itu hari Selasa, 26 Februari 2008. Pas sampe' kantor, tiba-tiba diriku dipanggil oleh pak Dirut, kirain aya naon, ternyata aku diminta untuk menggantikan beliau menghadiri seminar. Guess, seminarnya di mana? Di Singapore... masa' mau nolak?? :-) Pas aku tanya seminarnya kapan, ternyata jadwalnya tanggal 27 Februari 2008. Loh, itu kan berarti.... BESOK?!?!?! Oooooo..... berarti nanti malam aku harus berangkat ke Singapore?!?!?! Hah?!?!?! Oh God.... Astagfirullah.... Subhanallah... dan berbagai kata-kata lain yang sudah tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Setelah minta tolong cariin tiket dan hotel, aku ngibrit pulang untuk ngepak barang, terus balik lagi ke kantor untuk ambil tiket sama voucher hotel (sambil degdegan juga di jalan, soalnya hujan deras dan jalanan pastinya macet). Aji gile... selama ini dinas domestik kagak pernah sangat mendadak kaya' begini... kenapa juga sekali-kalinya dinas sangat mendadak terjadi pada my first overseas assignment???

Akhirnya, dengan GA 834, diriku berangkat ke Singapore. Sebenernya sih daku punya "cita-cita luhur", pengennya naik SQ, boleh donk sekali-sekali... tapi apa daya, "nasionalisme" mengalahkan segalanya, akhirnya aku memilih naik Garuda. Sebenernya ini bukan pertama kalinya aku ke luar negeri, dan juga bukan pertama kalinya aku ke Singapore, makanya aku berani berangkat mendadak, malam-malam, sendirian pula... gelo... Pas nunggu di ruang tunggu E2, kepikiran aja, udah berapa kali aku dinas domestik naik Garuda, dan sebenernya aku sangat jarang terbang malam dari Cengkareng, kecuali ke Yogya sama Denpasar. Suasana di ruang tunggu gak jauh beda sama di terminal F, karena isinya banyakan juga orang Indonesia, dan di penerbangan ke Yogya sama Denpasar kan banyak bule-nya juga. Pas dipanggil untuk boarding, baru aku sadar, iya ya, kali ini gue kan bukan mau ke Denpasar ato Yogya, tapi mau ke Singapura, pertama kali dinas keluar negeri, sendirian pula...

Begitu masuk pesawat, baru sadar, ada yang beda antara penerbangan domestik dan penerbangan internasional dengan Garuda. Pertama, di kursi ada bantalnya. Kedua, instead dikasih permen, pas dateng dikasih juice jeruk, yummm.... K'lo makan sih sebenernya sama, maksudnya sama aja dengan makanan waktu terbang ke Medan ato Makassar, malah gak bisa milih, menunya cuman ada 1 macam.

Mendarat di Changi, seperti biasa, ambil brosur sebanyak-banyaknya... Beda banget ama Indonesia, Singapore itu sangat informatif, mereka emang sangat niat dalam mempromosikan pariwisatanya. Udah gitu, berhubung masih menganut "aji pengiritan", jadi aku pergi dari airport ke hotel naik MRT, hehehe... padahal mendarat di Singapore udah jam 10.30 waktu setempat, dah malem bo. Setelah keluar di stasiun Lavender, ternyata hotelnya jauuuh.... mas-mas yang di loket MRT bilangnya "15 minutes walk", haa-aah... jadi dalam kondisi malam-malam, rada "buta" ama kondisi jalan, bawa-bawa koper (untung gak becek, dan di sana gak ada ojek...), akhirnya diriku "mendarat" dengan selamat di hotel. Waktu itu di Singapore hotel lagi penuh-penuhnya, jadi diriku kebagian hotelnya di 81 Elegance, deket Lavender Street. K'lo menurut internet, katanya di Bugis Vicinity, tapi itu teh kaya'nya lebih deket ke Little India gak seh? Teuing ah...

Keesokan paginya, dah lumayan segar. Dan mulailah perjalanan menyusuri kembali jalan yang tadi malam menuju ke stasiun MRT, mau ke tempat seminar di Hotel Marriot. Alhamdulillah, hotelnya persis di atas stasiun MRT, jadi jalannya gak jauh! Horeh! Setelah urusan pendaftaran selesai (yang mana ternyata daku kurang bawa duit pendaftaran, gara-gara pak Dirut salah baca formulir, hiks...), mbak-mbak panitianya ada yang sempet nanya : "nginep di mana?" Aku bilang di Little India, soalnya di Orchard hotel semua dah penuh. Terus dia nanya lagi : "ke sininya naik apa?" Naik MRT atuh Mbak, namanya juga ngirit.... Si Mbak kaya'nya sempet bingung, tapi komentar berikutnya adalah sebagai berikut : "pilihan yang bagus, soalnya jalanan sering macet!" (andaikan busway bisa seoptimum MRT...)

Di seminar selama 2,5 hari, ternyata orang Indonesia-nya banyak lho... mungkin 1/3 dari isi ruangan itu isinya orang Indonesia. Yang bikin rada-rada sungkan adalah pertanyaan "nginepnya di mana?". Meni malu, soalnya tidurnya di budget hotel, abis dapetnya itu sih (secara aku juga gak sempat cari sendiri, mana sempaaaaaat.....), sementara peserta Indonesia lainnya tidurnya di Marriot, atau Meritus Mandarin. Untung terbangnya naik Garuda, coba naik "budget airline" juga, kebayang peserta Indonesia lainnya pasti mikirnya ni' company niat gak seh ngirim pegawainya dinas keluar negeri... meni pengiritan pisan... Udah gitu sempet rada jiper juga, peserta lain kan memang job-desnya untuk pengembangan pembelajaran pekerja di setiap perusahaannya (dan isi seminarnya emang pas banget buat mereka), sementara kalau aku kan dari training provider dan consultation company, jadi menurutku sebenernya ada orang lain yang lebih pantas untuk ikut seminar ini. Tapi gak pa-pa, kita mah seneng aja, dikasih dinas keluar negeri, ketemu hal baru, dan pasti kepake koq... Dan sebenernya ada hikmahnya juga dapet nginep di budget hotel (yang untungnya bagus, k'lo cuman buat tidur ama mandi mah cukup banget!) dan bukan di Orchard, jadi sempat melihat juga "sisi lain" dari Singapore, eniwei, orang Singapore kan juga manusia...

Berhubung minggu depan perusahaanku ada acara lagi di Singapore (tepatnya bawa klien ke Singapore), jadi selain ikut seminar, aku juga punya "misi" untuk mengatur tour di Singapore-nya. Jadilah, selama 2 hari aku pulang malam terus, ketemu sama kenalan kami yang akan meng-arrange tour-nya. Tapi shopping mah gak ketinggalan... dah sampe' Orchard gitu loh... Rada nyebelinnya, aku dah sempet beli-beli di Border (toko buku), eh, pas di Seminar ada game ice breaking, terus karena aku ada dalam kelompok yang berhasil "memenangkan" games-nya, moderatornya ngebagiin voucher SGD 10 untuk belanja di Border! Huh, tahu gitu belanjanya ke Border ditunda dulu, lumayan khan... (jadi terpaksa balik lagi dech...)

Aku sendiri kadang gak mudheng, orang-orang Indonesia yang pada belanja ke Singapore itu beli apa ya? Mau beli baju? Mendingan ke ITC, lebih seru! Beli makanan aneh? Di supermarket Indonesia juga mulai banyak... Beli buku pun sekarang dah banyak toko buku di Indonesia yang jual buku dan stationary impor, tapi memang banyak buku yang (kaya'nya) gak bakalan masuk ke Indonesia. Bahkan barang-barang handicraft kaya' benang wool ama jarum rajut pun sekarang gak susah ditemukan di Indonesia (dan sekarang banyak juga benang-benang rajut bikinan Bandung yang sama lucunya dengan benang impor), tapi tetep aja, selalu ada barang yang nggak ada di Indonesia. Jadilah kemarin itu aku rada "kalap", ngeborong majalah kristik, abis di Indonesia itu kan barang langka, dan k'lo pun ada, edisinya udah lewat 2 tahun... Sempet juga ke Spotlight dan menemukan 1/3 isi toko itu terdiri dari benang wool, buku kristik, benang sulam, jarum rajut, dan barang-barang handicraft lainnya... rasanya seisi toko pengen dibeli semua....

Oh iya, ada 1 barang lagi yang agak susah carinya di Indonesia (sebenernya gak susah amat, tapi jarang dapat yang bagus), tapi di Singapore ada dan lumayan banyak : Eeyore... di mana-mana ada Eeyore : di 7-11, di Takashimaya, di Watsons, di Mustafa Center dan bahkan di airport!

Pas pulang, berhubung barang bawaan dah banyak (yah, namanya juga belanja... dan salah bawa koper, kopernya terlalu kecil, hehehe...), terpaksalah diriku membatalkan "niat mulia" untuk pergi ke airport naik MRT, dan akhirnya naik taksi. Eh, ternyata supir taksinya pernah jadi supplier untuk salah satu kilang minyak dengan kapasitas terbesar di Indonesia, jadi nyambung banget ngomongnya... saking asiknya ngobrol, sampe' doi sempet salah belok. Dan akhirnya, setelah sekali lagi terbang dengan Garuda Indonesia (dengan layanan yang... yah, standar lah!), aku mendarat dengan selamat di tanah air...