Tuesday, December 24, 2013

Love Journey #2 : Mengeja Seribu Wajah Indonesia


Alhamdulillah, akhirnya antologi pertama saya terbit ... (setelah 3 buku solo dan 1 buku self publishing, hehehe)

Buku ini berisi kumpulan kisah-kisah perjalanan para traveler di Indonesia. Berbeda dengan tulisan traveling yang umumnya menceritakan tentang keindahan sebuah tempat, buku ini justru mengupas sisi lain dari perjalanan tersebut. Ada suka, duka, perayaan, tragedi, kekayaan budaya, dan hal-hal lain yang terkadang luput dari perhatian kita selama melakukan perjalanan.

Tulisan dalam buku ini berasal dari peserta kompetisi yang digawangi Lalu Abdul Fatah dan Dee An, setelah mereka berdua menelurkan buku antologi Love Journey : Ada Cinta di Tiap Perjalanan. Melalui seleksi dan penilaian, terpilih 20 tulisan dan 3 yang mengisi buku ini, dan salah satunya adalah kisah perjalanan saya blusukan ke para pengrajin batik di Pekalongan. Bagaimana kisah lengkap lahirnya buku ini, Anda bisa mengikutinya dari blog Lalu Abdul Fatah berikut ini: http://lafatah.wordpress.com/2013/12/24/di-balik-mengeja-seribu-wajah-indonesia/.

Buku terbitan de Teens (imprint dari Diva Press) ini dibandrol dengan harga Rp 58.000, dan rencananya akan beredar di toko-toko buku pada awal tahun 2014. Nantikan kehadirannya di toko-toko buku terdekat di kota Anda!


Saturday, December 21, 2013

Bung Karno Sang Singa Podium (dari website Bpk Roso Daras)

Diambil dari website Bapak Roso Daras : http://rosodaras.wordpress.com/2013/12/12/bung-karno-sang-singa-podium/

Sungguh saya bersyukur sekaligus mengapresiasi langkah Rhien Soemohadiwidjojo yang telah menulis dan memplublikasikan buku: “Bung Karno Sang Singa Podium”. Syahdan, penulis yang bernama asli Arini Tathagati ini beberapa bulan lalu menghubungi saya, meminta tulisan untuk endorsement buku setebal 427 halaman itu.

Seperti biasa, saya merasa tersanjung disusul mongkog hati, besar rasa, untuk meluluskan permintaan Arini, sesibuk apa pun. Apalah arti kesibukan rutin, dibanding memenuhi permintaan seorang penulis yang telah bersusah payah menulis buku tentang Bung Besar.

Buku terbitan Second Hope ini sudah beredar di  pasaran. Akan tetapi, terus terang, saya baru tahu setelah Arini berkirim email, mengabarkan ihwal telah beredarnya buku itu. Alhamdulillah, dia menanyakan alamat diiringi niatnya mengirim satu copy buku sebagai komplimen buat saya, tentu saja disertai  bubuhan tanda tangan sang penulis. Terima kasih. Buku sudah saya terima.

Buku ini berisi 8 (delapan) bab. Bab 1 Siapa tak Kenal Bung Karno. Bab 2 Bung Karno Sang Singa Podium. Bab 3 Pidato Bung Karno Pra Proklamasi. Bab 4 Pidato Bung Karno di Masa Proklamasi dan Perang Kemerdekaan (1945 – 1950). Bab 5 Pidato Bung Karno di Masa 1950 – 1958. Bab 6 Pidato Bung Karno di Masa Demokrasi Terpimpin. Bab 7 Pidato Bung Karno Setelah 1965. Bab 8 Kutipan-kutipan  BungKarno.

Sekalipun judulnya Bung Karno Sang Singa Podium, tetapi Arini yang menggunakan nama penulis Rhien Soemohadiwidjojo itu melengkapinya dengan sejarah Bung Karno. Akan tetapi, ruh buku ini sejatinya tersaji di Bab 2 Bung Karno Sang Singa Podium. Tak heran jika penulis dan penerbit menyepakati bab ini sebagai judul besar buku.

Bab 2 ini diawali dengan sub bab tentang Bung Karno Sang Orator Ulung. Sub bab kedua, tentang tema pidatto-pidato Bung Karno.  Sub bab ketiga mengupas rahasia pidato-pidato Bung Karno. Sub bab keempat tentang tanggapan para pendengar pidato-pidato Bung Karno. Sub bab kelima tentang pidato religius Bung Karno. Sub bab keenam tentang penerjemah pidato Bung Karno. Terakhir, sub bab ketujuh tentang peran para ajudan Bung Karno.

Seperti biasa, saya selalu risih jika melihat atau membaca penulisan Sukarno dengan “oe” (Soekarno). Sayangnya, saya menemukannya di buku ini. Tentang penulisan Sukarno dan Soekarno, saya pernah menulis secara khusus di blog ini, mengutip statemen Bung Karno kepada Cindy Adams. Intinya, dia yang memberlakukan ejaan yang disempurnakan, maka secara konsekuen dia pun mengubah penulisan namanya dari Soekarno menjadi Sukarno. Ihwal tanda tangannya yang menggunakan “oe” dia berdalih, sebagai hal yang berbeda. Tanda tangan yang sudah diguratkannya dengan “oe” sejak ia sekolah, tentu tidak mudah untuk diubah.

Terakhir, (ehm…) buku ini tetap menarik karena di halaman belakang ada endorsement dari pemilik blog ini…. (rosodaras)