Sunday, June 03, 2018

[Travel Writing Mash-Up] The Sleeping Buddha Statue

The Biggest Sleeping Buddha in The World 
Dalam agama Buddha, rupang atau patung digunakan sebagai simbol yangmewakili sosok Sang Buddha sebagai teladan hidup. Setiap rupang memiliki makna yang berbeda, sesuai dengan karakter kebuddhaan yang disimbolkan. Salah satu bentuk rupang yang paling dikenal adalah Sleeping Buddha, atau rupang Buddha Parinibbana. Rupang ini menggambarkan Sang Buddha sedang berbaring di bawah pohon Sala, sebagai momen terakhir Sang Buddha memperoleh pencerahan sebelum menghembuskan nafas terakhir.

Patung Bernuansa Tiongkok di Wat Pho
Rupang Sleeping Buddha terbesar di dunia terletak di Wat Phra Chettuphon Wimon Mangkhlaram Ratchaworamahawihan, atau kita kenal sebagai Wat Pho. Vihara ini merupakan vihara tertua dan terbesar di Bangkok. Wat Pho dibangun pada abad ke-16, di masa kerajaan Ayutthaya. Dana untuk membangun Wat Pho berasal dari donasi orang-orang Tiongkok, sehingga tak heran jika di Wat Pho terlihat patung-patung dan ornamen bangunan dengan ciri arsitektur Tiongkok.

 
Tampak Kepala dan Tampak Kaki Rupang Sleeping Buddha di Wat Pho

Rupang Sleeping Buddha di Wat Pho memiliki panjang 46 meter dan tinggi 15 meter, sehingga merupakan rupang Sleeping Buddha terbesar di dunia. Sedemikan besarnya, sangat sulit untuk memotret rupang secara utuh dalam satu frame. Rupang Sleeping Buddha ini dibuat dari batu bata yang dilapis kertas emas, dengan mata dan telapak kaki dihiasi ornamen 108 karakter Buddha yang terbuat dari mother of pearl (bagian dalam tiram/remis yang memproduksi mutiara). Selain menjadi rumah bagi rupang Sleeping Buddha, Wat Pho juga menyimpan tidak kurang dari 394 arca Buddha yang berasal dari candi-candi yang hancur atau ditinggalkan selama perang di luar Kota Bangkok.

Sebagian Deretan Arca Buddha di Wat Pho


The Biggest Sleeping Buddha in Indonesia 
Jika belum berkesempatan ke Bangkok untuk melihat rupang Sleeping Buddha di Wat Pho, Anda bisa mengunjungi rupang Sleeping Buddha terbesar di Indonesia di Mahavihara Majapahit, Trowulan. Mahavihara Majapahit didirikan pada tahun 1985 oleh Banthe Viriyanadi Mahathera, biksu asal Mojokerto.

Rupang Sleeping Buddha di Mahavihara Majapahit
Rupang Sleeping Buddha berwarna emas di Mahavihara Majapahit memiliki ukuran panjang 22 meter, lebar 6 meter, dan tinggi 4,5 meter, sehingga merupakan rupang Sleeping Buddha terbesar di Indonesia, dan terbesar ketiga di dunia setelah rupang Sleeping Buddha di Thailand dan Nepal. Rupang Sleeping Buddha ini diletakkan tempat terbuka, di atas landasan berhias relief kehidupan Buddha Gautama, hukum karmaphala dan hukum tumimbal lahir. Landasan ini dikelilingi sebuah kolam yang indah, dengan latar belakang berupa dinding batu buatan yang menggambarkan suasana pegunungan.

Tampak Kepala dan Tampak Kaki Rupang Sleeping Buddha di Mahavihara Majapahit

Keunikan rupang ini dibandingkan rupang Sleeping Buddha di tempat-tempat lain adalah rupang ini dijaga oleh sepasang patung Dwarapala, dengan bentuk khas Dwarapala di Jawa. Dwarapala adalah patung penjaga gerbang, yang dipasang untuk melindungi tempat suci atau tempat yang dianggap keramat.

Salah Satu Dwarapala Penjaga Rupang Sleeping Buddha


Sleeping Buddha Under Cannonball Tree 
Indonesia ternyata tidak hanya memiliki satu rupang Sleeping Buddha. Jika Anda berada di sekitar Semarang, Anda bisa mengunjungi rupang Sleeping Buddha yang berada di kompleks Vihara Buddhagaya Watugong. Vihara yang didirikan pada tahun 1955 ini merupakan vihara pertama yang didirikan di Indonesia sejak kehancuran kerajaan Majapahit yang bersamaan dengan lenyapnya umat Buddha di Nusantara. Keunikan dari vihara ini adalah adanya bangunan Pagoda Avalokitesvara yang kental dengan nuansa budaya Tiongkok, serta Ruang Dhammasala yang memiliki altar dengan rupang Sang Buddha bergaya India.

Rupang Sleeping Buddha di Pagoda Avalokitesvara Watugong
Namun rupang Sleeping Buddha justru terletak di luar bangunan, tepatnya di sisi timur bangunan Pagoda, dan terletak agak ke bawah. Rupang ini menggambarkan Sang Buddha dalam posisi berbaring dengan mengenakan jubah warna coklat. Penggambaran ini sangat bersahaja jika dibandingkan rupang di Wat Pho atau di Mahavihara Majapahit. Rupang Sleeping Buddha ini digambarkan sedang tidur di bawah pohon sala (Couroupita guianensis atau cannonball tree), sebagai momen terakhir Sang Buddha memperoleh Pencerahan sebelum menghembuskan nafas terakhir.

Pagoda Avalokitesvara di Kala Senja
Kompleks Vihara Buddhagaya Watugong sangat mudah dikenali dengan adanya Pagoda Avalokitesvara setinggi 45 meter sebagai landmark kompleks tersebut. Pagoda Avalokitesvara dibangun untuk menghormati Boddhisatwa Avalokitesvara (Buddha Welas Asih), yang dalam agama Buddha gaya Tiongkok digambarkan sebagai perwujudan Dewi Kwan Im. Di atas altar pagoda terdapat rupang Boddhisatwa Avalokitesvara yang terbuat dari logam kuning berukuran tinggi 5 meter. Rupang ini digambarkan dengan posisi telapak tangan kanan terbuka dan menghadap ke depan, menggambarkan Sang Buddha sedang memberi pelajaran atau restu keselamatan bagi umat manusia.

Rupang Buddha di bawah Pohon Boddhi
Sebelum memasuki area pagoda, terdapat pohon boddhi (Ficus religiosa) yang menjadi tempat Sang Buddha Gautama mendapat Pencerahan Sempurna untuk pertama kali. Pohon ini adalah salah satu dari 2 pohon yang dibawa pada tahun 1934 oleh Bhante Narada Mahathera, yang semula ditanam di Borobudur. Tahun 1955, salah satu pohon dipindahkan ke halaman Vihara Watugong. Di bawah pohon boddhi ini terdapat patung Buddha bersemadi dengan posisi wara mudra, atau memberikan anugrah.

Rupang Sang Buddha di Ruang Dhammasala
Jangan lupa untuk mengunjungi Bangunan Dhammasala yang merupakan bangunan induk kompleks vihara. Di lantai atas bangunan terdapat Ruang Dhammasala yang menjadi tempat ibadah umat Buddha. Di altar yang terdapat dalam Ruang Dhammasala terdapat rupang Sang Buddha dengan posisi duduk dan posisi tangan “dharma cakra pravartana mudra” (memutar roda dharma). Posisi rupang seperti ini sama seperti patung Dhyani Buddha Vairocana yang terdapat di Candi Mendut.


Sleeping Buddha Near Borobudur 
Apabila berkesempatan mengunjungi Borobudur, Anda bisa singgah di Vihara Buddha Mendut untuk melihat rupang Sleeping Buddha. Vihara ini terletak bersebelahan dengan Candi Mendut, dan didirikan di atas tanah yang semula ditempati oleh biara Katholik. Ketika tanah ini dibagi-bagikan kepada rakyat pada tahun 1950-an, sebuah yayasan Buddha membeli tanah ini dan membangun vihara.

Rupang Sleeping Buddha di Vihara Mendut
Rupang Sleeping Buddha di vihara ini terletak di halaman depan vihara, dinaungi sebuah pendopo kecil. Rupang ini terbuat dari marmer berwarna gading dengan detail ornamen berwarna emas. Rupang Sleeping Buddha yang seolah berbaring di atas hamparan bunga teratai ini diletakkan di atas landasan batu yang dihiasi ornamen berbentuk bunga, dan di bagian tengah landasan terdapat ornamen kura-kura.

Pendopo yang Menaungi Rupang Sleeping Buddha
Bersebelahan dengan Rupang Sleeping Buddha di vihara ini, terdapat rupang Buddha Amithaba yang tengah dinaungi ular kobra. Rupang ini merupakan simbol peristiwa ketika Sang Buddha tengah bermeditasi di bawah pohon Mucalinda. Tiba-tiba langit mendung, halilitan menyambar-nyambar, dan turun hujan lebat. Namun Sang Buddha tak beringsut dari tempatnya, beliau tetap khusuk bermeditasi. Tiba-tiba datang seekor ular kobra raksasa dan melilitkan badannya tujuh kali memutari Sang Buddha, kemudian memayungi Sang Buddha dengan kepalanya agar tidak kehujanan.

Rupang Sang Buddha Dinaungi Ular Kobra

No comments: