Thursday, January 03, 2013

#LiburanLokal? Siapa Takut!



Membaca kicauan @mrshananto pada akhir Desember 2012 yang lalu tentang #LiburanLokal, hati saya tergelitik untuk menulis opini ini, sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan #LiburanLokal di Nusantara.

Saya yakin, banyak yang kepingin pergi ke luar negeri untuk berlibur. Saya pun juga begitu. Dan saya percaya, dana yang saya miliki cukup untuk melakukan hal itu (apalagi setelah ikut kursus FinPlan-nya@mrshananto, jadi makin pede untuk menabung dana liburan, hihihi). Kendala saya hanya masalah jadwal, jadi untuk berlibur lebih dari 2 hari, persiapan di kantor pun harus matang, karena saya tidak ingin liburan saya terganggu.

Tapi, akhirnya muncul pertanyaan, apakah yang namanya berlibur itu harus ke luar negeri? Apalagi kalau dalihnya "keluar negeri lebih murah daripada di dalam negeri". Coba kita hitung-hitung lagi. Kalau ke luar negeri, kenapa bisa lebih murah? Karena kita akan pakai tiket promo, menginap di hotel bintang 2 atau 3, terus ke mana-mana naik angkutan umum, atau pergi secara berombongan. Kalau kita melakukan hal yang sama di sini, pasti #LiburanLokal kita juga bisa hemat kok.

Saya mulai belajar merencanakan #LiburanLokal secara hemat ketika saya sering berdinas keluar kota. Kebanyakan travelling saya adalah travelling abidin, alias "atas biaya dinas". Berhubung project yang saya tangani memiliki anggaran akomodasi yang pas-pasan, saya harus mencari hotel bintang 2 atau 3 untuk akomodasi. Dari sini saya belajar bahwa ada hotel-hotel murah dengan layanan yang baik, dan sebaliknya, tinggal di hotel mahal tidak menjamin kenyamanan saat bepergian. Sebagai contoh, Anda memilih menginap di hotel resort yang terletak di jalan menuju Kaliurang, padahal tujuan Anda ke Yogyakarta adalah pergi belanja ke Malioboro. Jadi musti keluar ongkos lagi khan? Belum lagi kalau di resort bintang 5, yang namanya internet seringkali tidak gratis. Kalau saya, saya akan memilih menginap di hotel budget yang bersih, nyaman dan aman, dekat keramaian (jadi tak perlu keluar ongkos terlalu besar), dan internetnya gratis.

Bukan di Malibu tapi di Bukit Malimbu, Lombok

Demikian juga dengan transportasi di tempat tujuan, saya berkesempatan mempelajari ada transport umum apa saja, murah atau tidak, nyaman atau tidak, dan praktis atau tidak. Beberapa kota di Indonesia memang belum memiliki transportasi umum yang memadai, sehingga seringkali kita harus menyewa kendaraan. Tapi bagi kota-kota di Indonesia dengan fasilitas transportasi umum yang memadai, walaupun mungkin kita harus sering naik taksi dari satu tempat ke tempat lain, namun jika dihitung-hitung bisa jauh lebih murah daripada sewa mobil seharian. Dari kedua hal ini, saya bisa merencanakan perjalanan #LiburanLokal saya atas biaya sendiri, biayanya bisa lebih hemat daripada kalau pakai tour, namun dengan standar kenyamanan dan keamanan yang tetap terjaga.

Bukan di Eropa tapi di Tangkubanperahu
Tentang tiket pesawat, kasusnya lain lagi. Memang betul, tiket murah dari low cost airline memungkinkan kita pergi ke mana-mana dengan biaya sangat ekonomis. Tapi saya orang yang butuh kenyamanan dalam naik pesawat : ruang tunggu yang nyaman, kabin pesawat dengan jarak tempat duduk agak longgar (secara kaki saya panjang), dan kelakuan penumpang lain yang tidak annoying. Oleh karena itu, airline favorit saya adalah airline plat merah yang warna catnya biru (ehm!). Mengingat harga tiketnya yang tidak murah (tapi berbanding lurus dengan segala kenyamanan yang diberikan, baik sebelum maupun saat terbang), ada beberapa trik yang saya lakukan untuk mendapat tiket murah airline tersebut : cari jam aneh untuk terbang, pesan jauh-jauh hari, atau manfaatkan poin program loyalti. Namun demikian, tidak ada yang salah dengan low cost airline, hanya kita perlu sadar bahwa ketika kita memilih menggunakan low cost airline, berarti kita sudah bersedia dan siap menerima sepaket konsekuensinya. Pada kenyataannya, beberapa destinasi #LiburanLokal favorit saya tidak dilayani oleh airline favorit saya, seperti Belitung dan Raja Ampat, sehingga saya pun harus menggunakan airline lainnya.


Bukan di Bencoolen Street Singapura, tapi di Bengkulu (the real Bencoolen)
Salah satu #LiburanLokal hasil travelling abidin saya adalah liburan keluarga ke Ranah Minang. Sudah lama saya bercita-cita liburan ke Sumatra Barat, tapi belum pernah menemukan alasan yang tepat untuk ke sana. Tahun 2007, saya berkesempatan untuk berdinas ke Bukittinggi, sehingga saya mendapatkan gambaran singkat mengenai suasana di Ranah Minang. Enam bulan kemudian, saya memprovokasi keluarga untuk berlibur ke Ranah Minang (tentunya dengan segala bujuk rayu dan daftar apa saja yang bisa dilihat di sana). Akhirnya provokasi saya berhasil, dan kami memesan tiket 3 bulan sebelumnya. Hasil akhir dari perjalanan ini memuaskan semua orang, karena apa yang kami peroleh selama liburan melebihi ekspektasi awal. #LiburanLokal ke Ranah Minang di tahun 2008 itu akan menjadi salah satu kenangan manis liburan kami.

Bukan di Cina tapi di Sam Poo Kong, Semarang
Bagi saya, liburan bukan cuman sekedar pindah tidur ke hotel mewah sambil berenang di kolam renangnya. Dalam liburan harus ada sesuatu yang baru, memiliki pengetahuan baru, atau menikmati/melakukan hal yang berbeda dengan rutinitas sehari-hari. Dan yang paling betul adalah liburan itu harus bebas dari urusan pekerjaan (namanya juga libur!). Kalau masih diganggu juga sama urusan kerjaan, itu namanya pindah tidur (atau lebih parah lagi, pindah kantor).

Kembali ke urusan #LiburanLokal. Gara-gara dijadikan project officer pelatihan yang diselenggarakan di seluruh antero Nusantara, saya berkesempatan melihat banyak kota, baik di Pulau Jawa maupun di luar Jawa. Ternyata kata orang-orang memang betul, Indonesia memiliki kekayaan pariwisata yang sangat beragam. Dari perjalanan-perjalanan itu, menurut saya kalau kita ada niatan melakukan #LiburanLokal, pasti bisa! Di era informasi seperti sekarang ini, info liburan itu sangat banyak, tinggal tanya mbah Google, langsung keluar berbagai info tempat wisata, akomodasi, dan transportasi. Malas buka mbah Google? Di toko buku juga banyak buku2 panduan wisata dalam negeri hasil karya anak bangsa.

Masih teringat dalam benak saya, ketika saya mewawancara seorang kandidat anggota tim pengajar di Surabaya. Suatu hari, dalam percakapan via messenger, sang kandidat (yang akhirnya terpilih sebagai anggota tim) bertanya, saya di Surabaya sudah ke mana saja? Menurut dia (yang notabene orang lokal), di Surabaya tidak ada obyek menarik selain mall dan wisata kuliner, paling banter Jembatan Suramadu. Saya bilang, saya sudah pernah ke Kebon Binatang Surabaya, Jembatan Suramadu hingga Bangkalan, Monumen Kapal Selam, Patung Joko Dolog, House of Sampoerna dan Surabaya Heritage Tour, Tugu Pahlawan,dan saat itu saya baru saja mengunjungi 4-Faced Buddha di Kenjeran, yang belum tinggal Museum Mpu Tantular. Sang kandidat hanya bisa berkata : Owww. Ternyata, permasalahan minimnya info #LiburanLokal bukan karena kita gak mau, tapi karena kebanyakan dari kita gak sadar kalau sebenarnya banyak hal menarik di sekitar kita yang berpotensi untuk dijadikan destinasi #LiburanLokal.


Bukan di Eropa, tapi di Stasiun Tanjung Priok
Oh ya, sebelum lupa. #LiburanLokal juga tidak berarti kita harus pergi keluar kota dan menginap. Lihat dulu di sekeliling rumah kita, jangan-jangan ada obyek yang menarik yang perlu disambangi. Misalnya bagi kita yang tinggal di Jakarta, sebelum pergi menjebakkan diri di tengah kemacetan Bandung untuk berlibur, sempatkan diri untuk mengunjungi Museum Nasional dengan gedung barunya. Atau yang tadinya berencana mau ke Malioboro tapi kehabisan tiket, tengok dulu Petak Sembilan dan Pasar Asemka, bisa jadi Anda menemukan hal menarik yang tidak akan Anda temukan di Malioboro. Keliling Kota Jakarta dengan busway atau KRL Commuter juga merupakan hal menarik yang bisa dicoba.
  
Bukan di Smithsonian tapi di Museum Geologi, Bandung
So, apa saja keuntungan #LiburanLokal? Bagi kita yang melakoninya, kita bisa dapat pengetahuan baru, pengalaman baru, teman-teman baru, networking baru. Di sisi lain, #LiburanLokal juga merupakan kesempatan untuk memajukan perekonomian bangsa dari industri pariwisata. Bayangkan dengan melakukan #LiburanLokal, akan meningkatkan pendapatan perusahaan transportasi domestik (mulai dari PT KAI, perusahaan penerbangan), akomodasi (terutama penginapan dan jaringan hotel domestik), rumah makan, tempat wisata, dan lain sebagainya.  Jangan lupakan juga pendapatan para penduduk setempat, mulai dari mereka yang berusaha di kaki lima, hingga para pegawai hotel bintang lima. Jadi, dengan #LiburanLokal, kita untung bangsa untung.

1 comment:

Devi said...

rin.. keren bnget tulisannya. Jadi semangat untuk backpacker di indonesia. Tapi rin, bagaimana yeee.. anaknya juga pengen ikut. Hahaha. Kadang kita lupa kalo di sekitar kita ada objek wisata yg bisa dikunjungi murah meriah.. tapi sibuk banget cari wiaata di luar negeri. Tulisannya sangat menginspirasi deeee. Terus tulis yeee... jadi fans berat nih