Membaca
kicauan @mrshananto pada akhir Desember 2012 yang lalu tentang #LiburanLokal, hati saya
tergelitik untuk menulis opini ini, sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan #LiburanLokal di Nusantara.
Saya
yakin, banyak yang kepingin pergi ke luar negeri untuk berlibur. Saya pun juga
begitu. Dan saya percaya, dana yang saya miliki cukup untuk melakukan hal itu
(apalagi setelah ikut kursus FinPlan-nya@mrshananto, jadi makin pede untuk
menabung dana liburan, hihihi). Kendala saya hanya masalah jadwal, jadi untuk
berlibur lebih dari 2 hari, persiapan di kantor pun harus matang, karena saya
tidak ingin liburan saya terganggu.
Tapi, akhirnya muncul pertanyaan, apakah yang namanya berlibur itu
harus ke luar negeri? Apalagi kalau dalihnya "keluar negeri lebih murah
daripada di dalam negeri". Coba kita hitung-hitung lagi. Kalau ke luar negeri, kenapa bisa
lebih murah? Karena kita akan pakai
tiket promo, menginap di hotel bintang 2 atau 3, terus ke mana-mana naik angkutan umum, atau pergi secara berombongan. Kalau kita melakukan hal yang
sama di sini, pasti #LiburanLokal kita juga bisa hemat kok.
Saya
mulai belajar merencanakan #LiburanLokal secara hemat ketika saya sering berdinas keluar kota. Kebanyakan
travelling saya adalah “travelling abidin”, alias "atas biaya dinas". Berhubung project yang saya
tangani memiliki
anggaran akomodasi yang pas-pasan, saya harus mencari hotel bintang 2 atau 3 untuk akomodasi. Dari sini saya belajar bahwa
ada hotel-hotel murah dengan layanan yang baik, dan sebaliknya, tinggal di hotel mahal tidak menjamin kenyamanan saat bepergian. Sebagai contoh, Anda memilih menginap di hotel resort
yang terletak di jalan menuju Kaliurang, padahal tujuan Anda ke Yogyakarta adalah
pergi belanja ke Malioboro. Jadi musti keluar ongkos lagi khan? Belum lagi kalau di resort bintang 5, yang namanya
internet seringkali tidak gratis. Kalau saya, saya akan memilih menginap di
hotel budget yang bersih, nyaman dan aman, dekat keramaian (jadi tak perlu keluar
ongkos terlalu besar), dan internetnya gratis.
|
Bukan di Malibu tapi di Bukit Malimbu, Lombok |
Demikian
juga dengan transportasi di tempat tujuan, saya berkesempatan mempelajari ada
transport umum apa saja, murah atau tidak, nyaman atau tidak, dan praktis atau
tidak. Beberapa kota di Indonesia
memang belum memiliki transportasi umum yang memadai, sehingga seringkali kita
harus menyewa kendaraan. Tapi bagi kota-kota di Indonesia dengan fasilitas transportasi
umum yang memadai, walaupun mungkin kita harus sering naik taksi dari satu
tempat ke tempat lain, namun jika dihitung-hitung bisa jauh lebih murah
daripada sewa mobil seharian. Dari kedua hal ini, saya
bisa merencanakan perjalanan #LiburanLokal saya atas biaya sendiri, biayanya bisa lebih hemat daripada kalau pakai tour, namun dengan
standar kenyamanan dan keamanan yang tetap terjaga.
|
Bukan di Eropa tapi di Tangkubanperahu |
Tentang
tiket pesawat, kasusnya lain lagi. Memang betul, tiket murah dari low cost
airline memungkinkan kita pergi ke mana-mana dengan biaya sangat ekonomis. Tapi saya orang yang
butuh kenyamanan dalam naik pesawat : ruang tunggu yang nyaman, kabin pesawat
dengan jarak tempat duduk agak longgar (secara kaki saya panjang), dan kelakuan
penumpang lain yang tidak annoying. Oleh karena itu, airline favorit saya
adalah airline plat merah yang warna catnya biru (ehm!). Mengingat harga tiketnya yang tidak murah (tapi berbanding lurus dengan segala
kenyamanan yang diberikan, baik sebelum maupun saat terbang), ada beberapa trik
yang saya lakukan untuk mendapat tiket murah airline tersebut : cari jam aneh untuk terbang, pesan
jauh-jauh hari, atau manfaatkan poin program loyalti. Namun demikian, tidak ada
yang salah dengan low cost airline, hanya kita perlu sadar
bahwa ketika
kita memilih menggunakan low cost airline, berarti kita sudah bersedia
dan siap menerima sepaket
konsekuensinya. Pada kenyataannya, beberapa destinasi #LiburanLokal favorit
saya tidak dilayani oleh airline favorit saya, seperti Belitung dan Raja
Ampat, sehingga saya pun harus menggunakan airline lainnya.
|
Bukan di Bencoolen Street Singapura, tapi di Bengkulu (the real Bencoolen) |
Salah
satu #LiburanLokal
hasil travelling abidin saya adalah liburan
keluarga ke Ranah Minang. Sudah lama saya bercita-cita liburan ke Sumatra Barat, tapi belum pernah menemukan
alasan yang tepat untuk ke sana. Tahun 2007, saya berkesempatan untuk berdinas
ke Bukittinggi, sehingga saya mendapatkan gambaran singkat mengenai suasana di Ranah Minang. Enam bulan kemudian, saya memprovokasi keluarga untuk berlibur ke Ranah
Minang (tentunya dengan segala bujuk rayu dan daftar apa saja yang bisa dilihat di sana).
Akhirnya provokasi saya berhasil, dan kami memesan tiket 3 bulan sebelumnya. Hasil akhir dari perjalanan ini memuaskan semua
orang, karena apa yang kami peroleh selama liburan melebihi ekspektasi awal. #LiburanLokal ke Ranah Minang di tahun 2008 itu akan menjadi salah satu kenangan manis
liburan kami.
|
Bukan di Cina tapi di Sam Poo Kong, Semarang |
Bagi saya, liburan bukan cuman sekedar pindah tidur ke hotel mewah sambil berenang di kolam
renangnya. Dalam liburan harus ada sesuatu yang baru, memiliki pengetahuan
baru, atau menikmati/melakukan hal
yang berbeda dengan
rutinitas sehari-hari. Dan yang paling betul adalah liburan itu harus bebas dari urusan
pekerjaan
(namanya juga libur!). Kalau masih diganggu juga sama
urusan kerjaan, itu namanya pindah tidur (atau lebih parah lagi, pindah kantor).
Kembali
ke urusan #LiburanLokal. Gara-gara dijadikan project officer pelatihan yang
diselenggarakan di seluruh antero Nusantara, saya berkesempatan melihat banyak kota, baik di
Pulau Jawa maupun di
luar Jawa. Ternyata kata orang-orang memang betul, Indonesia memiliki kekayaan pariwisata yang sangat beragam. Dari
perjalanan-perjalanan itu, menurut saya kalau kita ada niatan melakukan
#LiburanLokal, pasti bisa! Di era informasi seperti sekarang ini, info liburan itu sangat banyak, tinggal tanya mbah
Google, langsung keluar berbagai info tempat wisata, akomodasi, dan transportasi. Malas buka mbah Google? Di toko
buku juga banyak buku2 panduan wisata dalam
negeri
hasil karya anak bangsa.
Masih
teringat dalam benak saya, ketika saya mewawancara seorang kandidat anggota tim
pengajar di Surabaya. Suatu hari, dalam percakapan via messenger, sang kandidat (yang akhirnya terpilih
sebagai anggota tim) bertanya, saya di Surabaya sudah ke mana saja? Menurut dia
(yang notabene orang lokal), di Surabaya tidak ada obyek menarik selain mall dan wisata kuliner,
paling banter Jembatan Suramadu. Saya bilang, saya sudah pernah ke Kebon Binatang Surabaya, Jembatan Suramadu hingga Bangkalan, Monumen Kapal Selam, Patung Joko Dolog, House of Sampoerna dan Surabaya Heritage
Tour, Tugu Pahlawan,dan saat itu saya baru saja mengunjungi 4-Faced Buddha di Kenjeran, yang belum tinggal Museum Mpu Tantular. Sang kandidat hanya bisa berkata : Owww. Ternyata, permasalahan minimnya info #LiburanLokal bukan karena kita gak mau, tapi
karena kebanyakan dari kita gak sadar kalau sebenarnya banyak hal menarik di sekitar kita yang
berpotensi untuk dijadikan destinasi #LiburanLokal.
|
Bukan di Eropa, tapi di Stasiun Tanjung Priok |
Oh ya, sebelum lupa. #LiburanLokal juga tidak berarti kita harus pergi
keluar kota dan menginap. Lihat dulu di sekeliling rumah kita, jangan-jangan
ada obyek yang menarik yang perlu disambangi. Misalnya bagi kita yang tinggal
di Jakarta, sebelum pergi menjebakkan diri di tengah kemacetan Bandung untuk
berlibur, sempatkan diri untuk mengunjungi Museum Nasional dengan gedung
barunya. Atau yang tadinya berencana mau ke Malioboro tapi kehabisan tiket,
tengok dulu Petak Sembilan dan Pasar Asemka, bisa jadi Anda menemukan hal
menarik yang tidak akan Anda temukan di Malioboro. Keliling Kota Jakarta dengan
busway atau KRL Commuter juga merupakan hal menarik yang bisa dicoba.
|
Bukan di Smithsonian tapi di Museum Geologi, Bandung |
So, apa
saja keuntungan #LiburanLokal? Bagi kita yang melakoninya, kita bisa dapat pengetahuan baru, pengalaman baru, teman-teman baru, networking baru. Di sisi lain, #LiburanLokal juga merupakan kesempatan untuk memajukan perekonomian bangsa dari industri pariwisata.
Bayangkan dengan melakukan #LiburanLokal, akan meningkatkan pendapatan perusahaan
transportasi domestik (mulai dari PT KAI, perusahaan penerbangan), akomodasi
(terutama penginapan dan jaringan hotel domestik), rumah makan, tempat wisata,
dan lain sebagainya. Jangan lupakan juga
pendapatan para penduduk setempat, mulai dari mereka yang berusaha di
kaki lima, hingga para pegawai hotel bintang lima. Jadi, dengan
#LiburanLokal, kita untung bangsa untung.
1 comment:
rin.. keren bnget tulisannya. Jadi semangat untuk backpacker di indonesia. Tapi rin, bagaimana yeee.. anaknya juga pengen ikut. Hahaha. Kadang kita lupa kalo di sekitar kita ada objek wisata yg bisa dikunjungi murah meriah.. tapi sibuk banget cari wiaata di luar negeri. Tulisannya sangat menginspirasi deeee. Terus tulis yeee... jadi fans berat nih
Post a Comment