Hare gene gak
berbatik? Ketinggalan jaman!
Batik memang merupakan warisan budaya Nusantara sejak masa silam yang saat ini kembali menjadi populer. Dimulai dengan himbauan mengenakan
batik di kantor pemerintahan dan kantor BUMN setiap hari Jumat mulai tahun 2004, serta diperkuat oleh ketetapan UNESCO bahwa batik merupakan Warisan Kemanusiaan Untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi sejak 2 Oktober 2009, maka
batik kembali populer dan menjadi identitas bangsa.
Kata “
batik” berasal dari kata “amba” yang berarti menulis, dan kata “titik” yang bermakna bahwa motif
batik merupakan hasil dari rangkaian titik yang dituliskan pada kain.
Batik tidak sekedar merujuk pada motif yang dihasilkan, melainkan juga pada cara pembuatannya berupa pembuatan rangkaian titik menggunakan
malam dan
canting.
Saat ini
batikdapat diperoleh dengan mudah. Mulai dari
toko batik dan
butik batik yang tersedia di pusat-pusat perbelanjaan, sentra-sentra pengrajin
batik, serta tempat-tempat wisata, hingga berbagai toko
batik online, seperti
www.berbatik.com. Dengan berbagai pilihan
batik yang ditawarkan oleh toko-toko tersebut, ada baiknya kita memiliki pengetahuan dasar tentang
batik, agar kita cermat dan tidak salah dalam membeli, khususnya ketika kita
belanja dari toko
batik online di mana kita tidak melihat secara langsung
batik yang ditawarkan.
Cara Pembuatan Batik
Batik dapat dibedakan dari cara pembuatannya, yang juga akan mempengaruhi harga jual
batik. Semakin rumit cara pembuatannya, maka harganya pun akan semakin mahal.
Batik yang dibuat secara tradisional adalah
batik tulis. Untuk membuat
batik tulis, kain yang digunakan biasanya adalah kain katun prima, katun primis, rayon, atau birkolin. Sebelum diberi
malam, kain katun prima dan katun primis harus dikanji dan dikemplong terlebih dahulu, agar
malam dan zat warna dapat melekat dengan mudah. Sedangkan kain rayon dan birkolin yang merupakan kain sintetis tidak perlu diolah terlebih dahulu, karena
malam dan zat warna lebih mudah melekat. Setelah diolah, kain kemudian diberi pola
batik menggunakan
malam dan
canting. Setelah diberi pola, kain kemudian dicelupkan pada zat warna, dan bagian kain yang tertutup
malam tidak akan terkena zat warna dan akan tetap berwarna putih, sehingga akan meninggalkan pola. Proses pemberian
malam dan pencelupan zat warna bisa dilakukan berulang kali, bergantung pada pola yang akan dibuat. Setelah didapatkan pola
batik sesuai dengan yang diinginkan, maka kain kemudian dilorot dalam air panas untuk melarutkan
malam pada kain.
Selain
batik tulis,
batik juga dibuat dengan teknologi cap, dan dikenal dengan nama
Batik Cap. Pola
batik dibuat dalam cap yang terbuat dari tembaga, kemudian cap tersebut dicelupkan ke dalam
malam, dan dicapkan pada kain.
|
Belajar Membatik Dengan Cap |
Dengan kemajuan teknologi, saat ini
batik juga sudah dibuat dengan menggunakan teknologi printing, atau pencetakan motif langsung pada kain. Kain yang dihasilkan tentunya harganya lebih murah dibandingkan kain
batik yang dibuat dengan
canting atau cap. Untuk membedakan apakah sebuah kain
batik dibuat dengan
canting, cap, atau printing, Anda bisa membolak balik kain
batik.
Batik yang dibuat dengan
canting akan memiliki kualitas pewarnaan yang sama pada kedua permukaannya, sedangkan pada
batik printing salah satu permukaannya akan berwarna lebih pucat/putih dibandingkan permukaan lainnya.
Aneka Motif dan Warna Batik
Selain dibedakan dari cara pembuatan,
batik juga dibedakan dari jenis-jenis motifnya. Jenis motif
batik dapat dibedakan terutama berdasarkan asal daerah, serta berdasarkan fungsinya.
Pada awalnya,
batik merupakan busana yang dipakai oleh keluarga Keraton keturunan kerajaan Mataram Islam (Surakarta, Yogyakarta, Mangkunegaran, Pakualaman) dan para abdi dalemnya, sehingga kebanyakan motif
batik yang ada sekarang merupakan pengembangan dari motif-motif
batik yang dibuat di keraton-keraton tersebut. Motif-motif
batik yang dikembangkan di keraton merupakan hasil perpaduan budaya Jawa, Hindu dan Islam. Beberapa motif
batik keraton yang saat ini masih digunakan secara luas antara lain adalah :
Gurdo : Gurdo merupakan penggambaran Garuda, burung suci kendaraan Sang Hyang Wisnu. Motif Gurdo berbentuk dua buah sayap, yang bermakna menaungi kehidupan di bumi.
Truntum : pola truntum merupakan simbolisasi dari kuncup bunga melati, yang melambangkan cinta yang bersemi. Batik truntum biasanya digunakan oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan, bermakna orang tua bisa menuntun calon pengantin.
Kawung : batik kawung dicirikan dengan 4 buah elips yang mengelilingi satu titik di tengah, melambangkan raja dan 4 “bawahannya”. Kawung juga merupakan kata lain dari “aren”, tumbuhan dengan berbagai macam kegunaan, ditafsirkan bahwa siapa pun yang mengenakan motif ini harus berguna bagi banyak pihak, seperti pohon kawung. Motif ini dikenakan raja dan keluarga terdekatnya sebagai lambang keperkasaan dan keadilan.
Parang : “parang” merupakan senjata yang melambangkan kekuasaan, kekuatan, dan kecepatan, sehingga ksatria yang mengenakan batik ini bisa berlipat kekuasaannya. Di masa lalu, motif parang hanya boleh dikenakan oleh raja atau kerabat keraton, dan ukuran motifnya akan menunjukkan status seseorang . Semakin tinggi kedudukan seseorang, maka motif parang yang dikenakan akan semakin besar.
Sekarjagat : nama Sekarjagat berasal dari kata “Kar Jagat”, yang bermakna harfiah peta dunia. Ciri dari batik ini adalah banyak motif yang dimasukkan dalam selembar kain batik. Makna dari motif ini adalah siapa yang memakainya akan menaklukan dunia.
|
Motif Kawung Versi Yogyakarta |
Dengan adanya pemerintah kolonial Belanda, terjadi konflik dan peperangan yang menyebabkan banyak kerabat keraton dan para pengrajin
batik yang mengungsi dan menetap di daerah baru. Sebaliknya, masyarakat juga mulai meniru motif
batik yang dikenakan oleh kerabat kerajaan, untuk dikenakan sehari-hari. Perkembangan
batik juga didukung dengan munculnya para pengusaha
batik di wilayah-wilayah pengrajin
batik, baik dari kalangan pribumi, keturunan Tionghoa, maupun pengusaha Belanda. Dari mereka inilah muncul berbagai macam motif
batik yang merupakan hasil perpaduan dengan budaya setempat, menghasilkan
batik dengan motif dan warna khas masing-masing daerah.
Berikut ini adalah berbagai jenis
batik dengan ciri motif dan warna khasnya :
Surakarta : Batik Surakarta dicirikan dengan motif yang anggun, dengan warna-warna didominasi warna sogan/coklat kekuningan
Yogyakarta : Batik Yogyakarta adalah jenis batik yang berkembang setelah kerajaan Mataram Islam pecah menjadi 4. Batik ini dicirikan dengan motif yang lebih sederhana, dengan warna dasar batik umumnya putih.
Pekalongan : Batik Pekalongan merupakan salah satu contoh batik pesisir dengan ciri khas warna cerah. Motif batik Pekalongan banyak dipengaruhi oleh budaya Cina dan Belanda, seperti motif buketan atau bunga.
Madura : Batik Madura didominasi warna hitam dan warna merah, dengan ciri motif yang egaliter, seperti karakter masyarakat Madura pada umumnya.
Garut : Batik Garut memiliki motif serupa dengan batik Keraton, namun didominasi warna-warna cerah. Konon para pengrajinnya merupakan keturunan pengrajin batikdari Yogyakarta dan Surakarta yang mengungsi ke Garut.
Cirebon : motif batik Cirebon juga merupakan jenis batik pesisir yang dikembangkan oleh Keraton Cirebon, serta banyak mendapat pengaruh Cina, seperti motif Mega Mendung.
Lasem : Ciri khas batik Lasem adalah motifnya yang merupakan kombinasi budaya Jawa dan Cina, serta memiliki warna merah cerah yang khas dengan nama merah getih pithik (merah darah ayam). Warna merah ini terbentuk akibat pengaruh air tanah yang digunakan di daerah tersebut untuk memproduksi batik.
Batik Jawa Hokokai : Jenis batik ini merupakan varian Batik Pekalongan, yang motifnya dipengaruhi dari budaya Jepang, seperti bunga sakura, bunga krisan, dan kupu-kupu. Ciri khas batik ini adalah jenis pola yang disebut “pagi-sore”, karena dalam 1 helai kain terdapat 2 tipe motif, yang satu berwarna terang untuk dikenakan pagi hari, dan yang berwarna lebih gelap untuk dikenakan pada malam hari
Batik Lawasan : jenis batik ini merupakan batik yang dibuat seolah-olah warnanya pudar karena sudah lama (lawas = lama).
|
Batik Pekalongan yang Didominasi Warna-Warna Cerah |
Cara Merawat Batik
Setelah mengetahui jenis
batik dari cara pembuatan dan dari jenis motif serta warnanya, tentunya kita akan semakin cermat saat memilih dan membeli
batik, baik dari
toko batik,
butik batik, maupun
belanja batik online, sehingga kita bisa mendapatkan produk
batik dengan kualitas yang sepadan dengan harga yang kita bayarkan.
Setelah mendapatkan
batik sesuai dengan keinginan kita, jangan lupa untuk merawatnya dengan baik, agar
batik kita, khususnya
batik tulis atau
batik cap, tetap awet, cerah, dan nyaman dikenakan. Berikut ini adalah beberapa tips perawatan
batik yang perlu diperhatikan :
Batik sebaiknya dicuci menggunakan lerak. Lerak biasanya dapat dibeli di pasar tradisional, namun saat ini sudah tersedia lerak cair di supermarket.
Jika batik tidak terlalu kotor, cukup dibilas dengan air hangat. Namun jika terdapat kotoran, cuci kocoran tersebut dengan sabun mandi atau kulit jeruk, dengan menggosokkan sabun atau kulit jeruk pada tempat yang kotor saja
Jangan mencuci batikdengan detergen
Jangan mengucek atau memelintir batik, karena akan melarutkan pewarnanya sehingga batik berwarna mbladus/pucat
Jemur batik pada tempat yang teduh, jangan dijemur di bawah terik matahari. Tarik ujung batik agar serat-seratnya tidak mengerut
Hindari penyetrikaan. Namun jia terpaksa harus disetrika, gunakan temperatur rendah,dan letakkan kain tipis antara batik dan setrika
Simpan batik di dalam plastik untuk menghindari ngengat. Jangan gunakan bola kamper/phenolphtalein ball, karena senyawanya dapat merusak batik
Sebulan sekali keluarkan batik dari lemari, angin-anginkan untuk menghilangkan debu dan ngengat, gantungkan di luar lemari kurang lebih selama 1 jam
Gunakan kertas roti untuk mengalasi batik jika disimpan di lemari. Jangan gunakan kertas koran karena tintanya dapat merusak batik.
Jangan semprotkan parfum atau eau de toilette pada permukaan batik sutera
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Batik
Aep S. Hamidin (2010). Batik Warisan Budaya Asli Indonesia. Yogyakarta : Penerbit Narasi.
Abdul Aziz Sa’du (2010). Buku Panduan Mengenal dan Membuat Batik. Jakarta : Diva Press.
Kunjungan ke Museum Batik Kuno Danar Hadi, Surakarta
Foto-foto merupakan koleksi pribadi
Tulisan ini diikutsertakan dalam
Kontes Blog Berbatik dari
www.berbatik.com.