Tuesday, August 18, 2009

Kembali ke Yogyakarta

"Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu...Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat,
Penuh selaksa makna...
Terhanyut aku akan nostalgi...
Saat kita sering luangkan waktu,
Nikmati bersama, suasana Yogya..."

Akhirnya, setelah sekian lama, aku berkesempatan untuk menginjakkan kaki (lagi) di Yogyakarta. Sebenernya pengen juga keliling ke lebih banyak tempat, namun berhubung waktu yang terbatas (dan lagi "rada pelit"... bokek sih nggak, cuman lagi mode "aji pengiritan"), jadi kuputuskan untuk mengunjungi salah satu tempat wisata di Yogya yang paling te-o-pe be-ge-te sebagai landmark DI Yogyakarta : Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.


Perjalanan dimulai dengan KA Pramex dari Solo Balapan pukul 7, "mendarat" di stasiun Tugu pukul 8. Dari Tugu, mulailah diriku menyusuri jalan Malioboro dengan berjalan kaki (memang sudah diniatin, jadi nuwun sewu kepada pak becak, kusir delman, supir taksi dan tukang ojek yang sudah sibuk menawarkan jasanya untuk mengantar...). Eits, rupanya adikku mengajak sarapan dulu, jadi mampirlah di sebuah warung tenda di depan kantor DPRD untuk makan gudeg.

Dalam perjalanan menuju keraton, sempat juga mampir di Mirota, cari selendang-selendang lucu (soalnya k'lo di toko lain, biasanya selendangnya licin banget, ato bergaya ibu-ibu banget). Tapi berhubung "aji pengiritannya" masih cukup kuat (dan lagi mode "backpacker", jadi ga bisa bawa barang banyak-banyak), terpaksalah gak bisa beli banyak-banyak. Sungguh beruntung diriku, waktu itu karena ada promo dari salah satu kartu kredit terbitan bank lokal terkemuka, diriku mendapat diskon lumayan bo... tahu gitu belanja lagi...

Setelah menyebrang alun-alun utara (sambil berusaha menolak dengan sopan tawaran pak becak, malah ada yang berusaha ngibulin dengan bilang kraton lagi tutup, enak aja, kata siapa kraton tutup?!), akhirnya tibalah diriku di sitihinggil. Sambil melihat-lihat, sempat ngebatin juga, kok perasaan dulu kratonnya lebih besar ya... selidik punya selidik, ternyata bagian kraton yang besar (bagian dalam kraton) ada di belakang (musti jalan lagi kira-kira 200 meter), dan musti beli karcis lagi! Ouh... Pas beli karcis masuk ke bagian dalam, Mbak-Mbak penjaga loketnya kaya'nya sempat bingung karena aku datang sendiri, terus dia menyuruh aku bergabung dengan rombongan lain. Ndak usah bingung tho Mbak, selama masih ada yang bisa bicara bahasa Indonesia (dan bahasa Jawa huruf latin), kan ada yang bisa ditanya...


Ternyata, di bagian dalam Kraton suasananya lebih rame daripada di sitihinggil, dan isinya kebanyakan turis asing (dan keluarganya). Bahkan rombongan anak sekolah pun jumlahnya lebih sedikit daripada turis asingnya. Sempet bingung, sekaligus bangga, ternyata para turis asing itu masih banyak yang berani berwisata di tanah air, biarpun sempat ada serangan bom di JW Marriot dan Ritz Carlton...

Sempat juga nonton kelompok gamelan. Sebenernya emang niatnya menunggu pertunjukan wayang orang di pendopo yang diadakan tiap hari Minggu jam 11. Tapi pada waktu yang ditentukan, ternyata tarian pembukanya aja udah makan waktu 1 jam sendiri, lah terus kapan cerita wayangnya mulai?? Dah keburu laper nih... Akhirnya setelah look around di dalam kraton, lihat-lihat Museum Batik dan Museum HB IX, dan sempat "menghibur" Abdi Dalem yang mencoba memperlihatkan tipuan optik di lukisan para Sultan terdahulu, akhirnya aku menyudahi kunjunganku di kraton. Senangnya melihat warisan budaya kita masih terpelihara...



Waktu aku berjalan kembali menuju alun-alun utara, di sisi kiri terlihat ada Museum Kareta Karaton (demikian yang tertulis di papan namanya). Masuk dulu ahhh... (sebenarnya yang membuat tertarik bukan keretanya, tapi karena ada 2 patung kepala kuda di pintu masuk museum...). Tapi walaupun museumnya kecil (lebih tepatnya museum itu adalah "garasi"nya kereta milik kraton), isinya luar biasa... keretanya antik-antik, sambil membayangkan di masa lalu kereta itu diimpor dari Eropa, kemudian digunakan untuk pelesir, ato untuk upacara.

Keluar dari Museum Kereta, lah kok ada 2 ekor kuda di dalam kandang... setelah ditanya lebih lanjut sama orang-orang di sekitar situ, rupanya itu bukan kudanya keraton, tapi kuda penarik delman wisata, ohh... sempat aku men(curi)dengar salah satu guide di dalam museum kereta, konon pada waktu dilakukan salah satu upacara, dibutuhkan 8 ekor kuda berwarna putih, dan kuda-kuda itu didatangkan dari pasukan kavaleri di Bandung. Oalah, ternyata bukan hanya keretanya saja yang diimpor dari seberang lautan, kudanya juga diimpor dari propinsi tetangga!

Pas mau keluar, ada delman lagi parkir di halaman museum. Eh, kok ada ibu-ibu penjual minuman menawarkan barangkali aku mau foto sama delmannya. Eh lah kok aku meng-iya-kan... untung mas-mas kusirnya baik, dia mau mengambilkan foto, jadilah aku foto dengan delman (dan jaran, eh, kuda-nya...).

Puas melihat museum, aku kembali menelusuri alun-alun utara, masih sambil menolak tawaran pak becak. Bukan apa-apa, emangnya pak becak bersedia nggenjot dari alun-alun sampai Jl. Kaliurang?? Jauh lho Pak... Akhirnya di Jl. A. Yani, aku menghentikan sebuah taksi yang mengantarku ke hotel di Jl. Kaliurang.

Dalam perjalanan pulang ke Jakarta via bandara Adisucipto, rupanya diriku berkesempatan "mencicipi" pesawat 737 seri 800 NG keluaran terbaru milik Garuda. Jarak antar kursinya sebenarnya lebih sempit dibandingkan 737 seri 300, 400 ato 500 yang biasa dipake' Garuda, tapi ada TV-nya di masing-masing tempat duduk... tapi aku "gak sempat" menikmati TV-nya, soalnya ternyata yang duduk di sebelahku adalah kakak kelasku yang sempat nyanyi bareng di ITB Voice Night, lebih seru ngobrolnya tho daripada acara TV-nya...


Kapan ya ke Jogja lagi...

"Walau kini kau t'lah tiada tak kembali...
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi...
Ijinkanlah aku untuk s'lalu pulang lagi...
Bila hati mulai sepi tanpa terobati..."
(KLa Project - Yogyakarta)

No comments: